Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bahaya #SkipChallenge Tidak Main-main

10 Maret 2017   19:04 Diperbarui: 12 Maret 2017   18:01 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
#SkipChallenge yang viral di Instagram. Sumber: kompas.com

Beberapa hari belakangan ini beredar video viral di Instagram dengan tagar #SkipChallenge. Di video ini terlihat sekumpulan pelajar sekolah yang sedang melakukan sebuah tantangan. Namun, permainan skip challenge atau yang biasa disebut dengan pass-out challenge ini ternyata sangat berbahaya untuk kesehatan.

Tantangan permainan Skip Challenge dilakukan dengan menekan dada sekeras-kerasnya selama beberapa saat. Ini menyebabkan aliran darah ke otak terhambat dan membuat seseorang kekurangan oksigen sehingga mencapai fase "high", sampai ia kejang dan kehilangan kesadaran atau pingsan. Beberapa lama kemudian mereka akan kembali sadarkan diri.

Permainan ini menjadi perhatian untuk banyak orang. Para netizen yang melihat video ini di akun @lambe_turah bahkan berpendapat tantangan ini tidak ada gunanya sama sekali, serta sangat tidak etis untuk mempermainkan nyawa orang lain seperti itu. Permainan ini seperti sudah di luar batas kewajaran.

Walaupun sudah di lewat batas, menurut Mendikbud Muhadjir Effendy, banyak remaja yang ingin mencoba permainan skip challenge disebabkan oleh rasa penasaran dan ingin merasakan tantangan baru. Namun, tidak ada dari mereka yang memperhatikan dampak kesehatan bahkan kematian yang ditimbulkan dari Skip Challenge ini.

"Saya melihat permainan tersebut (skip challenge) hanya bersifat temporal sesuai perkembangan jiwa remaja yang suka coba-coba untuk mendapatkan pengalaman sensasional," ujar Muhadjir.

Karena video yang viral di media sosial tersebut banyak yang berlatar ruang kelas atau lingkungan sekolah, ia menghimbau untuk pihak sekolah agar lebih aktif dalam mengantisipasi penyebaran Skip Challenge di lingkungan sekolah. Walaupun menuai banyak kontroversi, tak jarang permainan ini kerap masih dilakukan para pelajar karena rasa penasaran tanpa menyadari bahayanya.

Dikutip dari Kompas.com, dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta, Siska Danny, menuturkan kekurangan oksigen di otak lebih dari 4 menit akan mengakibatkan rusaknya jaringan otak atau saraf pusat. Kemudian, menurutnya, karena jaringan saraf merupakan jaringan yang tidak mampu memperbaiki diri ketika rusak, maka jika sudah rusak, akan rusak selamanya.

Sebelum Skip Challenge ini tren di kalangan remaja Indonesia, ternyata permainan ini sudah lebih dahulu tenar di Amerika, bahkan sampai merenggut nyawa. Sepanjang tahun 1995-2007, sebanyak 82 media di AS melaporkan kematian akibat Skip Challenge ini. (sumber)

(FIA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun