Pemuda OKI Indonesia (OIC Youth Indonesia) menyelenggarakan OIC International Youth Summit, di di Gedung Nusantara V DPR-MPR RI, Jakarta, Selasa (24/09/2024).
Penyelenggaraan ini mengangkat tema "Strengthening Role of Youth Post OIC 2025 Programme of Action in Facing Global Challenges".
Salah satu pembahasan dalam forum ini bertajuk "Empowering the Youth Voice: Climate Change, Environment, and Energy" yang menyoroti bagaimana pentingnya suara-suara anak-anak muda di Indonesia dalam pembuatan kebijakan dan gerakan akar rumput yang berkaitan dengan lingkungan yang berkelanjutan.
Hal tersebut tak lepas perubahan iklim menjadi ancaman yang signifikan bagi Indonesia, dengan naiknya permukaan air laut masyarakat pesisir seperti di Jakarta, deforestasi yang semakin luas terutama di Sumatera dan Kalimantan, serta degradasi lingkungan dan perubahan iklim yang berdampak pada keanekaragaman hayati di Indonesia.
Selain ekonomi, dampak kerusakan ini juga dapat memunculkan masalah lainnya, salah satunya yang muncul adalah kecemasan terhadap masa depan akibat rusaknya lingkungan, atau disebut eco-anxiety.
Eco-anxiety, sebagaimana dipaparkan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro, dalam diskusi, lebih rentan terhadap kesehatan mental anak-anak.
"Sebab, mereka cenderung lebih peka. Akibatnya pula mereka rentan terhadap PTSD (post-traumatic stress disorder), depresi, dan gangguan tidur," paparnya.
Sementara itu, Koordinator Green Faith Indonesia sekaligus Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah memaparkan eco-anxiety juga berkolerasi terhadap kesehatan mental para Gen Z Hening Purwati Parlan
"Penyebab eco-anxiety pada Gen Z disebabkan information overload, negativity instinct, privilege gaps, failure of imagination, dan echo chambers," paparnya.
Kendati demikian, demi memperbaiki segala kerusakan lingkungan dan dampaknya pada kesehatan mental, ada langkah bisa diambil bersama, yakni mengambil tindakan, tetap terinformasi namun perlu membatasi, terhubung dengan orang lain, melakukan perawatan diri, fokus pada solus, dan saling mengedukasi.