"Sajian audiovisual seperti podcast dan vlog sebenarnya semua dasarnya adalah video blogging, karena balik lagi ke asal [definisi] blog itu, yakni web blog-- yang terdiri dari "www", dan blog (catatan). Jadi web blog adalah catatan yang diunggah di internet. Sehingga apa pun bentuknya--nggak hanya teks, tapi juga video, atau sekadar suara seperti podcast, itu bagian dari aktivitas nge-blog," tutur Nurulloh.Â
Jangan Berhenti Bercerita
Apa pun format dan bentuk blog-nya, Nurulloh berpesan ke kita semua agar jangan pernah berhenti bercerita. Sesuai dengan tagline Kompasiana, "Every Story Matters", semua cerita yang kita bagikan membunyai arti dan dampak untuk diri sendiri dan orang lain.Â
Karena itu, Kompasiana hadir menjadi salah satu platform digital yang mewadahi para blogger untuk bercerita. Berkaryalah sesuai dengan minat, passion, dan sesuatu yang kita kuasai agar bisa konsisten storytelling tanpa terhalang writer's block.
"Soal writer's block, kita harus kenali diri kita apa yang kita suka dan kuasai. Atau mungkin ketika ingin meningkatkan jumlah kunjungan, kita harus identifikasi kebutuhan orang, apa, sih, tren yang lagi ramai? Setiap orang punya pengalaman yang berbeda, kita cari celahnya," kata Nurulloh.
Kompasianer Ini Kasih Contoh Blogging yang Berdampak
Selain Nurulloh, narasumber lain yang bercerita soal hobi blogging adalah Tutut Setyorinie. Tutut adalah Kompasianer sekaligus pegiat lingkungan yang aktif bercerita di Kompasiana. Baca artikel-artikel Tutut di sini, ya!
Keresahannya sebagai warga Bekasi yang bermukim hanya 10 kilometer dari TPA Bantar Gebang membuatnya bersiasat menciptakan lingkungan bebas dari sampah. Lewat tulisan dan aksi nyatanya, Tutut menyebarkan edukasi pembuatan kompos mandiri untuk mengurangi volume sampah rumah tangga.Â
"Saya baca berita, kondisi TPA Bantar Gebang sudah setinggi gedung 16 lantai, sudah terjadi gunungan sampah. Jadi banyak sampah yang kita setorkan  setiap harinya. Saya selama 25 tahun ini, kurang lebih ada 18 ribu kantong sampah yang kita setor. Kesimpulannya, kita buang sampah cuma memindahkan sampah aja, sampahnya tetap ada dan menggunung. Itu berbahaya," kata Tutut.