"Sebaiknya kita merenungkan kembali gagasan dan ide para pendiri bangsa."
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir merefleksikan keadaan Indonesia saat ini dalam 3 hal: Ekonomi, Keadilan, dan Kemanusiaan.
Ketiga hal tersebut merupakan masalah yang tidak boleh dibiarkan atau dipandang sebagai masalah pinggiran.
Apalagi dalam sambutan pembukaan Budiman Tanuredjo acara Gagas RI yang diselenggarakan KG Media di Menara Kompas, Jakarta, Senin (29/5/2023) malam mengatakan, ini merupakan kontribusi Kompas Gramedia untuk memberikan sumbangsih pemikiran isu substansial, tapi tidak pernah diperbincangkan di ruang publik.
Jika melihat ketiga hal yang jadi topik utama yang disampaikan Buya Haedar, panggilannya, itu ternyata turut berdampingan.
Penyatunya, tentu saja, nilai Pancasila, agama, dan nilai-nilai luhur bangsa yang sudah dipikirkan oleh para pendiri bangsa terdahulu.
Oleh karena itu, beberapa kali Buya Haedar mengingatkan dalam pidatonya bahwa sebaiknya kita merenungkan kembali gagasan dan ide para pendiri bangsa.
"Indonesia saat ini berada dalam dilema yang tidak mudah setelah mengalami leberalisasi politik, ekonomi, dan budaya yang makin terbuka pasca reformasi 1998," ungkapnya.
Berbagai aspek kehidupan, lanjut Buya Haedar, merupakan realitas nyata yang dialami oleh Indonesia sebagai konsekuensi dari kebijakan pintu-terbuka.
Hal yang tak kalah penting dalam pidatonya tersebut, Buya Haedar menerangkan Indonesia pasca "Amandemen UUD 1945" pada praktiknya telah membuka selebar-lebarnya ideologi liberal di bidang politik, ekonomi, dan sosial-budaya.
"(Itu) berdampak luas pada tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara secara masif, struktural, dan sistemik," ucap Haedar Nashir.