Fenomena joki ilmiah atau joki akademik menjadi perbincangan banyak orang menyusul hasil investigasi yang dilakukan oleh Kompas. Faktanya banyak akademisi yang ternyata menggunakan jasa joki ilmiah ini, baik mahasiswa maupun dosen.
Kehadiran joki ilmiah ini dinilai sebagai cerminan kegagalan perguruan tinggi dalam hal penyelenggaraan pendidikan.
Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa seorang ghostwriter (penulis bayangan) tidaklah sama dengan joki ilmiah, karena cara kerja joki ilmiah dan ghostwriter berbeda.
Lantas, bagaimana cara joki ilmiah bekerja membuat karya ilmiah pesanan kliennya?
Selain membahas soal joki ilmiah, Kompasiana juga merangkum artikel Infinite lain yang menarik dan populer lain, mulai dari upaya meminimalisasi risiko tindak pidana pencucian uang di koperasi hingga alasan Jakarta tetap macet meski sudah memiliki transportasi umum.
Belum lama ini ramai diperbincangkan masalah perjokian akademik. Aksi perjokian ini lahir seiring merebaknya jasa pengetikan merangkap pembuatan skripsi di sekitar kampus.
Maraknya jasa joki ilmiah yang beredar, maka bisa dibilang fenomena ini adalah punncak gunung es kegagalan perguruan tinggi kita dalam hal penyelenggaraan pendidikan.
Terutama, perguruan tinggi kita gagal dalam membentuk cara berpikir saintifik yang ogis dan sistematis pada mahasiswa. (Baca selengkapnya)