Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perbedaan, Ciri, hingga Cara Melakukan Pertolongan Pertama Kasus Henti Jantung

26 Januari 2022   16:39 Diperbarui: 26 Januari 2022   16:40 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesehatan jantung (freepik)

Putri Nurul Airifin, Maura Magnalia Madyaratri (27), meninggal dunia lantaran henti jantung mendadak, Selasa (25/01/2022).

Putri Nurul Arifin ini ditemukan Asisten Rumah Tangga (ART) dengan posisi tidur di atas meja makan dengan keadaan sudah dingin.

"Kami bawa ke rumah sakit jam 5 pagi, dinyatakan meninggal pada 5.37 WIB. Jadi, sempat ada waktu 37 menit dan tidak tertolong," ungkap suami Nurul Arifin, Mayong Suryo Laksono, seperti dikutip dari KOMPAS.com.

Apa itu henti jantung?

Meski sama-sama menyerang jantung, henti jantung dan serangan jantung memiliki karakteristik tersendiri.

Dilansir KOMPAS.com henti jantung bisa diakibatkan sistem elektrik yang mengongtrol laju dan ritme detak jantung tidak berfungsi dengan benar, sehingga irama jantung menjadi tidak normal.

Sedangkan serangan jantung merupakan kondisi dimana jantung tidak menerima aliran darah sehingga menyebabkan jantung tidak menerima cukup oksigen.

Kasus henti jantung sebenarnya tidak selalu harus berakhir dengan kematian. Pada banyak kasus, henti jantung masih bisa diupayakan penyelamatannya.

Jika kita pernah menonton sebuah adegan di mana seorang doktor memompa dada seorang yang dianggap sudah meninggal, itu adalah upaya terakhir yang bisa dilakukan dari korban henti jantung.

Namun pertanyaannya, sejauh mana kita bisa melakukan upaya tersebut?

Ciri-ciri dan pertolongan pertama untuk kasus henti jantung

Kunci menyelamatkan korban dalam kasus henti jantung adalah kecepatan pemberian pertolongan pertama. Setidaknya dalam masa nol sampai empat menit pertama korban harus diberi pertolongan pertama, demikian kata Kardiolog Dr. Jetty R. H. Sedyawan, Sp.JP (K), FIHA, FACC.

Dalam masa emas empat menit pertama inilah, dikatakannya, bisa dilakukan teknik CPR pada korban henti jantung untuk merangsang kembali denyut jantung dan mencegah timbulnya kerusakan pada otak.

Walakin, sebelum membahas lebih jauh mengenai CPR ada baiknya mengenali ciri-ciri henti jantung.

Dalam artikelnya berjudul Ini Pertolongan Pertama Henti Jantung! dr. Felix Chikita Fredy, Sp.JP., FIHA menuliskan setidaknya ada empat ciri seseorang terkena henti jantung.

Pertama adalah kesadaran. Penderita henti jantung memiliki kesadaran yang sangat turun.

Kedua pernapasan. Pasalnya seseorang penderita henti jantung tidak akan ditemukan tanda-tanda keluar napas dari tubuhnya.

Ketiga, nadi. Kita tidak akan merasakan adanya denyut nadi pada seseorang dengan henti jantung.

Dan terakhir, ujung jari kaki-tangan dan wajah. Umumnya seseorang yang mengalami henti jantung ujung kaki-tangannya akan terasa dingin dan wajah pucat disertai kebiruan.

Sementara pada orang normal jika kuku jari ditekan dan kemudian dilepas, warna merah akan kembali dalam waktu kurang dari dua detik.

Ilustrasi pertolongan kasus henti jantung (freepik)
Ilustrasi pertolongan kasus henti jantung (freepik)

Untuk melakukan upaya pertolongan pertama pada kasus henti jantung kita bisa memberikan teknik CPR, sebelum pertolongan lebih lanjut melalui medis.

Adapun tahapan yang harus diterapkan untuk melakukan CPR dalam kondisi gawat darurat adalah:

Danger (Kondisi sekitar)

Sebelum menolong korban, sebaiknya kita melihat kondisi lingkungan sekitar terlebih dahulu. Kita harus memastikan bahwa kondisi sekitar aman untuk kita sebagai penolong, orang lain, dan juga sang korban.

Response

Cek respons atau kesadaran korban. Cara ini bisa dilakukan bertahap, yakni mengecek apakah korban tersebut masih sadar, kemudian merespon penggilan suara, merespon dengan pemberian rasa sakit dengan ditepuk anggota tubuhnya, atau sudah tidak sadar/bernapas sama sekali.

Jika terjadi penurunan kesadaran pada korban, segera minta bantuan dengan meminta kotak P3K dan alat Automated External Defibrillators (AED). Pengecekan napas bisa dengan melihat pergerakan dada selama 5-10 detik.

Jika korban tidak bernapas sama sekali, segera lakukan teknik CPR sebagai pertolongan pertama.

Compression

Untuk korban yang mengalami kasus henti jantung maka bisa langsung diberikan Resusitasi Jantung Paru atau Cardio-Pulomonary Resuscitation(CPR). Kompresi dada bisa memicu sirkulasi darah untuk membawa oksigen ke otak.

Airway

Setelah memberikan 30 kali kompresi dada, buka jalan napas dengan menengadahkan dahi sang korban, kemudian meletakkan ujung jari di bawah dagu dan selanjutnya mengangkat dagu sang korban. Metode ini bisa disebut juga dengan Head Tilt-Chin Lift. Ini dilakukan agar jalan napas terbuka.

Breathing

Langkah terakhir dalam teknik CPR adalah memberikan bantuan napas setelah jalan napas terbuka. Bantuan napas diberikan sebanyak dua kali, setiap tiupan napas dilakukan selama satu detik.

Untuk melakukan teknik CPR, diperlukan sebuah pelatihan khusus dari ahlinya. Karena teknik CPR yang sempurna bisa meningkatkan kesempatan hidup pada korban henti jantung mendadak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun