Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perilaku "Hustle Culture" hingga Seni Menjawab Nyinyiran

20 Oktober 2021   04:29 Diperbarui: 20 Oktober 2021   04:43 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Fenomena hustle culture bisa menyebabkan burnout. (Diolah kompasiana dari: SHUTTERSTOCK/kompas.com)

Saat bekerja sudah jadi rutinitas, kadang kita sampai tidak tahu bagaimana cara berhenti --walau sekadar istirahat.

Rutinitas yang kerap diulang terus-menerus itulah yang akhirnya kita bisa saja memasukan "pekerjaan" dalam kehidupan kita sehari-hari.

Namun, ada yang kita perhatikan juga dalam bekerja, seperti ada dalam kondisi hustle culture.

Hustle culture adalah kondisi yang terjadi karena seseorang memiliki motivasi untuk bekerja melebihi batas waktu demi meraih kesuksesan.

Selain pembahasan mengenai berlebihannya motivasi dalam bekerja, masih ada konten terpopuler dan menarik di Kompasiana: dari Jonatan Christie menjawab nyinyiran netizen hingga etika menyampaikan pendapat.

1. Waspada Perilaku Hustle Culture saat Bekerja

ilustrasi Bekerja juga butuh keseimbangan (ilustrasi foto: pixabay.com/tumisu)
ilustrasi Bekerja juga butuh keseimbangan (ilustrasi foto: pixabay.com/tumisu)

Dampak buruk dari perilaku hustle culture adalah burnout (stres berat), kelelahan, hingga yang terberat bisa menyebabkan kematian.

Ada faktor tuntutan secara eksternal, jadi seakan ia tak punya pilihan lain untuk terus bekerja. Bagaimana mengantisipasi hustle culture ini? (Baca selengkapnya) 

2. Jonatan Christie dan Seni Menjawab Nyinyiran

Jonatan Christie merayakan kemenanga atas tunggal putra China, Li Shifeng final Piala Thomas 2020. (Foto: Antara/Ritzau Scanpix via Kompas.com)
Jonatan Christie merayakan kemenanga atas tunggal putra China, Li Shifeng final Piala Thomas 2020. (Foto: Antara/Ritzau Scanpix via Kompas.com)

Sukses membawa Indonesia meraih Piala Thomas 2020, Jonatan Christie memberikan pelajaran tentang seni menjawab kritikan dan nyinyiran. (Baca selengkapnya)

3. Mengamati Perang Pangan AS dan Barat terhadap Dunia Ketiga dan Tiongkok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun