Toxic parent atau orangtua yang toksik alias beracun memang nyata adanya.
Setidaknya begitu pengalaman yang ditulis oleh Kompasianer Ari Pratiwi yang juga seorang psikolog anak dan keluarga.
Berdasarkan ceritanya, dia sering dapat klien remaja menuju dewasa awal dengan masalah yang cukup rumit.
Awalnya mereka datang dengan keluhan tidak bisa tidur, merasa kesepian, merasa ada yang tidak nyaman tapi entah apa yang membuat tak nyaman, berlanjut ke perasaan kesepian di tengah keramaian, keinginan menyakiti diri sendiri hingga pemikiran bunuh diri.
Usut punya usut, diceritakannya, setelah ngobrol ke sana ke mari, hampir seluruhnya berpangkal dari keluarga. Yang paling "standar" kuliah di jurusan yang diinginkan orangtua, bukan keinginannya sendiri.
Selain mengenai toxic parent ada juga pembahasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang mesti ditanyakan kepada pasangan sebelum memutuskan untuk menikah, pengalaman menanam strawberry, pedagang asongan yang jadi juara NBA hingga risiko di balik popularitas menjadi "kidfluencer".
Berikut konten-konten menarik dan populer di Kompasiana yang sudah dirangkum:
Toxic Parent: This is Real!
Toxic person atau indvidu beracun adalah seseorang yang meracuni hidup orang lain, tidak suportif, tidak senang ketika orang lain sukses dan justru berharap kegagalan orang lain.
Individu yang dianggap beracun ini bisapacar, pasangan, teman bahkan orangtua.
Toxic parent terkadang tidak bisa dideteksi oleh orang luar karena penampakan orangtua dan keluarga ini bisa saja tampak baik-baik. (Baca selengkapnya)