Maladaptive Daydreaming, Dijodohkan Ibarat Menihilkan Gengsi, Mengapa Kita Baru Termotivasi Menjelang Garis Akhir?
Berkhayal memang mengasyikan. Apalagi tentang semua hal-hal yang kita inginkan. Dengan catatan, jangan sampai berlebihan, lho ya.
Seseorang yang melamun atau berkhayal yang berlebihan, dalam hal ini bisa memakan waktu berjam-jam, bisa jadi orang tersebut mengalami maladaptive daydreaming. Tetapi, kondisi demikian tidak termasuk dalam mental illness serta penderitanya tidak memerlukan perawatan khusus.
Maladaptive daydreaming ini merupakan kondisi dimana seseorang terjebak dalam lamunan hingga menghabiskan waktu berjam-jam sehingga ia abai akan hubungan dan tanggung jawab yang ia miliki dalam kehidupan nyata.
Kondisi mental yang seperti ini kemudian dapat berakibat tekanan klinis serta gangguan fungsi kesehatan bagi penderitanya.
Selain tentang maladaptive daydreaming, ada juga mengenai jodoh-dijodohkan serta pembahasan mengapa kita hobi banget mengerjakan sesuatu ketika mepet deadline.
Berikut konten-konten menarik dan populer di Kompasiana:
Mengenal Maladaptive Daydreaming yang Membuat Seseorang Selalu Terjebak dalam Khayalan
Ilustrasi Maladaptive Daydreaming-Sumber: Beauty Journal Sociolla
Seorang yang menderita maladaptive daydreaming akan mengungkapkan bahwa khayalan yang mereka alami memiliki ikatan yang cukup kuat dengan batinnya, dimana ia bahkan bisa mengalami perubahan emosi seperti senang, sedih, sampai tertawa dan menangis saat tenggelam dengan khayalan tersebut.
Kompasianer Puja Nor Fajariyah berpendapat Kalau dilihat pada gejala yang ada, seseorang yang mengalami gangguan psikis maladaptive daydreaming dapat berakibat ia melamun secara berjam-jam sendirian.
"Tetapi, ia akan tetap berusaha untuk dapat mengendalikan hasrat yang ia miliki untuk tenggelam dalam mimpi tersebut ketika tengah berada dalam keramaian atau di tengah-tengah masyarakat," tulisnya. (Baca selengkapnya)
Mencari Tambatan Hati dengan Dijodohkan Ibarat Menihilkan Gengsi