Jika "julid" di media sosial adalah kebiasaan netizen, maka bagaimana menghentikan itu --paling tidak-- selama bulan ramadan ini?
Atau, bagaimana seseorang, misalnya, bisa sampai "julid" kepada orang lain --baik itu di media sosial atau kehidupan sehari-hari?
Pada kesempatan kali program Kata Netizen, Kompas TV membahas fenomena tersebut bersama Husein Ja'far Al-Hadar (pendakwah dan penulis), Alissa Wahid (psikolog keluarga), dan Uli Hartati (kompasianer).
Seseorang itu bisa "julid", menurut Alissa Wahid, awalnya karena ingin sekadar mengomentari apa yang dilihatnya --walau yang dilihatnya itu dari yang tidak baiknya saja.
"Julid itu munculnya karena kebencian dan keluarnya kata-kata yang buruk," ungkapnya.
Oleh karena itu, untuk bisa meredam ke-julid-an di media sosial, kita bisa memulai dari lingkungan terdekat: keluarga.
Untuk yang pertama, kata Allisa Wahid, bisa memperkuat basis nilai-nilai keluarga terlebih dulu. Lalu, yang kedua, belajar untuk kontrol diri.
Kedua hal itu jadi penting untuk tetap menahan diri --maupun jari kita di media sosial-- agar tidak terlalu sering "julid" kepada orang lain.
Akan tetapi, bagaimana dengan mereka yang seakan sering pamer di media sosial sehingga memancing netizen lain untuk "julid"?
Untuk hal ini, Kompasianer Uli Hartati punya pandangan yang menarik yaitu dengan melihatnya sebatas (pembuat) konten saja.
"Konteksnya, ya, dalam rangka membuat konten, karena memang dari sana mereka menghasilkan pundi-pundi," kata Kompasianer Uli Hartati.