Bila yang meramalkan bagaimana masa depan, itu sudah biasa. Kalau ada yang bisa meramal siapa juara sepak bola, seekor gurita pun sanggup. Tapi, adakah yang mampu meramal pergerakan saham?
Pertanyaan itu sendiri muncul dari Kompasianer Himam Miladi melalui artikelnya yang berjudul Mengapa Tak Ada Peramal yang Bisa Meramalkan Pergerakan Saham?
Ia menilai karena peristiwa yang memiliki hukum kausalitas tidak bisa diramalkan.
Artikel yang diunggah Kompasianer Himam Miladi pun menjadi salah satu konten populer di Kompasiana, Kamis (21/01/2020).
Selain itu masih ada konten populer lainnya, mulai dari resminya Joe Biden menjadi presiden ke-46 Amerika hingga wewenang admin grup WhatsApp.
Berikut konten-kontennya:
Mengapa Tak Ada Peramal yang Bisa Meramalkan Pergerakan Saham?
sumber gambar: pexels
Kebanyakan para peramal yang mereka ramalkan adalah hal-hal seputar fenomena alam hingga kehidupan pribadi selebritis. Seperti bakal terjadinya bencana, kecelakaan moda transportasi, nasib pernikahan artis atau ramalan perceraiannya, hingga hal-hal yang berkaitan dengan iklim politik.
Tapi, nggak pernah sekalipun para peramal itu memprediksi saham mana yang akan berharga tiggi, atau mata uang negara mana yang bakal melejit. (Baca selengkapnya)
Presiden AS ke-46 Joe Biden: Tanpa Persatuan Tidak Ada Perdamaian
AFP/Patrick Semansky via kompas.com
Gaya demokrat dari Joe Biden begitu kuat ketika mengatakan bahwa perdamaian tidak akan menjadi kenyataan tanpa persatuan. Ini pesan yang membawa kesejukan bagi siapapun yang mencernanya. (Baca selengkapnya)
Pegalnya Divaksin Tidak Sepegal Melihat Protokol Kesehatan Dicuekin
Lirikan kesakitan? (dok. Pribadi)
Ada yang berliburan dengan berkerumun dan masker jarang dipakai, ada yang pesta tanpa jaga jarak, dan ada juga yang memang mengaku awalnya tidak peduli atau tidak takut virus ini sampai akhirnya mengalami sesak berat.
Jadi, bagi tenaga kesehatan, divaksinasi ini adalah upaya untuk meminimalisasi tertular atau memperingan gejala kalau toh masih tertular, karena terbukti dengan alat pelindung diri (APD) level 3 pun masih berisiko tertular. (Baca selengkapnya)