Beberapa bulan lalu, sekitar Juni 2020, Pertamina berencana menghapus bahan bakar minyak (BBM) yang kandungan Research Octane Number (RON) di bawah 91.
Hal tersebut kini semakin dekat untuk teralisasi, pasalnya pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, seperti dikutip dari kompas.com, bensin dengan nilai oktan 88 itu akan ditiadakan mulai 1 Januari 2021.
Ada yang bisa mahfum, karena dengan dihapusnya BBM yang mengandung Research Octane Number (RON) di bawah 91 tidak ramah lingkungan.
Akan tetapi masih ada hal lain yang perlu diperhatikan, semisal, akan berdampak pada naiknya ongkos operasional kendaraan umum maupun lainnya.
Harapannya, tentu saja, ada penyesuaian harga atau tarif terhadap BBM jenis lainnya agar tidak perubahan yang cukup signifikan dan langsung berdampak kepada masyarakat lapisan bawah.
Untuk itulah, kami coba rangkum beberapa kritik, saran, maupun masukan dari Kompasianer terkait penghapusan BBM yang akan ditiadakan.
1. Premium dan Pertalite Dihapus, Mungkinkah Pertamax Menjadi Lebih Murah?
Sebagaimana yang telah dibahas di atas, ternyata Kompasianer Agil S. Habib memiliki pandangan yang sama, yakni diturunkannya jenis BBM lain seperti Pertamax.
Pada tulisannya tersebut, Kompasianer Agil S. Habib berfokus membahas mengenai efisiensi perusahaan.
Semakin banyaknya varian produk yang harus diproduksi, tulisnya, maka hal itu pasti akan berpengaruh terhadap operasional perusahaan.
"Kapasitas penyimpanan untuk pertamax akan meningkat apabila premium dan pertalite dihilangkan. Fokus peningkatan produktivitas operasional produksi pertamax semestinya bisa lebih intens dilakukan mengingat fokus yang harus dibagi berkurang," lanjutnya. (Baca selengkapnya)
2. Berharap Harga Minyak Turun Malah Premium dan Pertalite Punah
Kompasianer Abanggeutanyo melihat, bahwa premium adalah produk rakyat. Alasannya karena premium jadi bahan bakar paling diminati di seluruh tanah air dengan alasan efisien.