Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menjawab Teka-teki: Mengapa Mereka Bisa Mencintai Trump?

6 November 2020   04:11 Diperbarui: 6 November 2020   06:11 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Donald Trump mengacungkan jempol dari Blue Room Balcony saat kembali ke Gedung Putih Senin, 5 Oktober 2020, di Washington, setelah meninggalkan Rumah Sakit Militer Nasional Walter Reed, di Bethesda, Maryland. Trump mengumumkan bahwa dia dinyatakan positif Covid-19 pada 2 Oktober lalu. (Ilustrasi diolah kompasiana dari sumber foto: AP/Alex Brandon via kompas.com)

Boleh jadi kamu bertanya, "Apakah hanya unsur dua itukah?" Saya jawab, "Ya untuk sementara, itu saja dulu, sebab dua unsur itu merupakan saripati penulisan biografi dan dua unsur itu pasti dialami semua orang, bukan?" (Baca Selengkapnya)

Mungkin ada di antara Anda yang memiliki banyak pertanyaan seputar teknik menulis biografi dan berharap dapat berkonsultasi langsung kepada Pepih Nugraha?

Mimpi jadi kenyataan! Kompasiana akan membuka Kelas Eksklusif bersama Pepih Nugraha. Ikuti blog competiton menulis sosok inspiratif. Simak syarat dan ketentuannya di sini.

Terwujudnya Gagasan 23 Tahun Migrasi Siaran TV Analog ke Digital
Ilustrasi TV Digital. (sumber: Pixabay/afra32)
Ilustrasi TV Digital. (sumber: Pixabay/afra32)

Dibandingkan dengan negara ASEAN lain, langkah Indonesia mematikan siaran analog sebenarnya terlambat karena pada 2017 sudah ada Deklarasi Siem Reap.

Sudah siapkah kita? Adakah yang "dikalahkan" dari transisi tersebut? (Baca selengkapnya)

Menjawab Teka-teki, di Balik Rasa Sakit Patah Hati
Ilustrasi Patah hati | Photo by Kelly Sikkema on Unsplash
Ilustrasi Patah hati | Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Jika kamu kini sedang patah hati, tidak apa-apa kok. Sebab itu sebuah naluri alami setiap manusia.

Tapi, kamu mesti sadar: patah hari sebenarnya adalah bentuk pengingat untuk kita bertahan dengan orang-orang yang terdekat dengan kita. (Baca selengkapnya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun