Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pilkada Bukan Lagi "Pamer Massa", Kampanye Virtual Sudah Mendesak

11 September 2020   04:43 Diperbarui: 11 September 2020   04:55 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peraturan untuk tidak mengerahkan massa pada saat pendaftaran para bakal calon sudah dikeluarkan, bahwa pendaftaran peserta pilkada hanya boleh dihadiri ketua dan sekretaris partai politik, atau bakal pasangan calon.

Tetapi aturan itu kurang diperhatikan oleh peserta dan pendukung peserta. Bawaslu menyatakan, selama dua hari pendaftaran peserta Pilkada 2020 digelar, terjadi 243 dugaan pelanggaran protokol Covid-19 yang dilakukan bakal calon kepala daerah.

Pelanggaran tadi baru dari masa pendaftaran. Sedangkan ke depan ada masa kampanye. Dari itu tentu kita tidak ingin ajang pemilihan kepala daerah ini justru menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.

Untuk mencegah ini benar-benar terjadi, bagaimana kalau diterapkan kampanye virutal?

Artikel mengenai penyelenggaraan Pilkada di tengah masa pandemi dan kampanye menjadi konten populer di Kompasiana beserta konten-konten lainnya.

Berikut konten-konten populer yang berhasil dirangkum Kompasiana, Jumat (11/09/2020):

Pilkada Kali Ini Beda, Bukan Lagi Waktunya "Pamer Massa"

ilustrasi Kerumunan tidak terhindarkan ketika deklarasi pencalonan pilkada 2020. (Foto: KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO)
ilustrasi Kerumunan tidak terhindarkan ketika deklarasi pencalonan pilkada 2020. (Foto: KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO)
Memang, tidak mudah untuk tidak lagi melakukan apa yang selama ini seolah menjadi 'tradisi' dalam gelaran pilkada. Karenanya, butuh kebesaran hati dari semua pihak selaku peserta Pilkada, untuk lebih menahan diri.

Mereka semua harus bisa menahan diri bahwa pilkada di era pandemi ini tidak cocok untuk melakukan show of force seperti dulu.

Tidak ada lagi cerita kampanye di lapangan terbuka yang dipenuhi massa, lalu diiringi musik seperti dulu. Bila memaksakan seperti itu, bagaimana bila tercipta klaster baru. Siapa yang mau bertanggung jawab?

(Baca selengkapnya)

Jakob Oetama, Istilah Jurnalisme Kepiting, dan Diplomasi Media Melawan Korupsi

Jakob Oetama. Sumber: Kompas.com
Jakob Oetama. Sumber: Kompas.com
Ia sering disebut sebagai orang yang memanusiakan 'nguwongke' orang lain dan tidak pernah menonjolkan status atau kedudukannya. Ini diterapkan dalam mengarahkan nilai bisnis Kompas Gramedia yang mengarah pada satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia. (Baca selengkapnya)

Rem Darurat PSBB Akhirnya Ditarik, Cukupkah Hanya DKI Jakarta?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun