Tak bisa dipungkiri, kebutuhan listrik rumahan di era pandemi ini meningkat drastis. Namun ketersediaan listrik juga belum bisa dimanfaatkan secara merata di Indonesia meski kini sudah masuk usia ke-75.
Berkaca dari pidato Presiden Jokowi dalam sidang tahunan MPR, 14 Agustus lalu, Kompasianer David Silalahi menggarisbawahi soal perlunya transformasi besar di segala bidang efek dari pandemi.
Pada artikelnya, ia mengkhususkan soal transformasi pada bidang energi. Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia punya peranan kunci dalam industri ini.
Selain topik mengenai hal di atas, berikut konten-konten terpopuler di Kompasiana kemarin yang menarik untuk disimak kembali:
(economictimes.indiatimes.com)
Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia (sekitar 25%). Bangsa kita harus mampu memaksimalkan pengolahan nikel di dalam negeri agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang pastinya sangat dibutuhkan di tahun-tahun mendatang. (
Baca selengkapnya)
(Shutterstock via Kompas.com)
Kebutuhan listrik di masa sekarang memang sangat tinggi. Bahkan beberapa orang baru tersadar daya listrik di tempat tinggalnya tidak mencukupi dan memutuskan untuk tambah daya. Untungnya kini proses pengajuannya bisa dilakukan secara online, jadi tak perlu datang ke kantor PLN. (
Baca selengkapnya)
Pemerintah memang tidak bisa menyamaratakan kebijakan di berbagai industri Tanah Air karena memang situasi dan kondisinya berbeda-beda. Jika "gebyah uyah" itu diimplementasikan, justru akan membuat resesi makin dekat di depan mata. (
Baca selengkapnya)
(Dokumentasi Tonny Syiariel)
Krisis pariwisata ibarat hantaman badai topan. Dalam industri ini terlibat banyak pihak, mulai dari pengusaha kelas atas hingga pedagang kaki lima. Semua terkena dampaknya. Para pelaku bisnis pariwisata harus cerdas beradaptasi agar bisa tetap
survive. (
Baca selengkapnya)
Ilustrasi (MAST IRHAM/EPA via regional.kompas.com)
Gempa berskala 6,9 SR dan 6,8 SR yang terjadi di Bengkulu, Rabu (19/08), mungkin bukan suatu hal asing bagi warga setempat. Namun bagaimanapun, belum ada rumus pencegahan selain meminimalisasi risiko dan dampak kerusakan, di mana bisa kita mulai dari keluarga. (
Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya