Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena pandemi nampaknya semakin rumit. Tidak hanya para murid, namun juga para guru. Masalah yang dihadapi mulai dari konektivitas dan kekuatan sinyal, budget internet yang menguras kantong, hingga daerah yang belum siap secara digital.
Lantas apakah artinya para guru dan para murid perlu kembali ke sekolah meski virus Covid-19 masih merebak?
Kompasianer Arif Rohman Saleh memberikan ide solusi berupa "Internet Rumah Guru".
Solusi itu ada. Wujudkan "Internet Rumah Guru". Alokasikan sebagian dana Kemendikbud membentuk "internet rumah guru". Ide ini muncul (oleh penulis) dengan mengamati semakin merebaknya langganan wifi anak-anak di rumah-rumah atau warung yang ada wifi-nya.Â
Artikel tersebut merupakan terpopuler di Kompasiana. Seperti apa pelaksanaannya? Nampaknya ide menarik ini perlu kita simak.
Selain itu terdapat juga opini mengapa punya rumah sama prioritasnya dengan menikah yang ditulis oleh Stevan Manihuruk. Berikut artikel terpopuler di Kompasiana kemarin (05/08):
"Internet Rumah Guru" Menjawab Polemik Belajar dari Rumah
Jangan dikira guru hanya diam menyikapi tantangan new normal. Apalagi distempel "Hanya Makan Gaji Buta". Mereka terdepan bergerak menyesuaikan keadaan. (Baca Selengkapnya)
Sebagaimana Menikah, Jangan Tunda Punya Rumah
Sebelum memutuskan sesuatu, tentu sangat baik bila kita mempertimbangkannya secara matang. Namun tentunya jangan sampai terlalu lama. Berikutnya, kita harus mampu berpikir realistis, jangan terlalu idealis. (Baca Selengkapnya)
Antara Hadi Pranoto, Anji Manji, dan Netizen yang Budiman
Nadiem adalah Ujian bagi Zaman Kalabendu
Terlepas dari benar salahnya kebijakannya yang menuai kontroversi itu, Nadiem telah berusaha untuk menurunkan ketegangan publik. Nadiem telah menunjukkan unggah-ungguh sebagai anak muda kepada orang tua, apa yang selayaknya diperbuat oleh yunior kepada seniornya. (Baca Selengkapnya)