Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Karier Politik Gibran dan AHY hingga Obituari Sapardi

21 Juli 2020   04:45 Diperbarui: 22 Juli 2020   10:40 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lingkungan Kampung kuno di Pulau Tayando, Maluku Tenggara. (Foto: Balai Arkeologi Maluku/Wuri Handoko)

Gibran Rakabuming Raka secara resmi akan bertarung memperebutkan kursi wali kota Solo di Pilkada Serentak 2020. Istilah politik dinasti kemudian menyeruak di publik karena statusnya sebagai anak dari Presiden Joko Widodo yang sebelumnya juga merupakan wali kota Solo periode 2005-2012.

Gibran pun mulai dibanding-bandingkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang lebih dulu terjun di dunia politik. Pola karier politik keduanya jelas terlihat berbeda.

Kompasianer Gobin Dd dalam artikelnya menilai Jokowi dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerapkan "strategi" berbeda terhadap anak-anaknya tersebut. Tentu saja menjadi menarik menakar potensi karier Gibran dan AHY ke depan.

Artikel tersebut masuk dalam jajaran terpopuler di Kompasiana (20/07) bersama dengan artikel mengenai obituari untuk seorang Sapardi Djoko Damono hingga mindset belajar online yang belum berubah.

Karier Politik Gibran dan AHY, Langkah Jokowi Lebih Taktis daripada SBY?

Pertemuan Gibran dan AHY di tahun 2017. (Foto: Kompas.com)
Pertemuan Gibran dan AHY di tahun 2017. (Foto: Kompas.com)
AHY memang lebih dulu masuk dalam kontestasi politik, tapi saat itu posisi sang ayah, SBY, sudah tak begitu berpengaruh lagi. Terbukti di Pilkada Jakarta 2017 ia kandas. Sementara Gibran terjun dalam keadaan Jokowi masih sebagai Presiden RI. Apakah itu akan membawa Gibran memenangi Pilkada Solo? (Baca selengkapnya)

Setelah Hujan Bulan Juni: Obituari Sapardi Djoko Damono

Pada satu acara di MIWF 2017 bersama Sapardi Djoko Damono (kiri) dan Ananda Sukarlan (tengah). (Foto: Tribun Timur/Muh. Abdiwan)
Pada satu acara di MIWF 2017 bersama Sapardi Djoko Damono (kiri) dan Ananda Sukarlan (tengah). (Foto: Tribun Timur/Muh. Abdiwan)
"Tidak usah jauh-jauh mencari ilham. Tubuhmu adalah puisi," pesan dari Sapardi, yang sederhana tapi selalu mendekam dalam ingatan. Begitu pula dengan kebahagiaan. Ia tak perlu jauh dicari karena ada dalam diri kita sendiri. (Baca selengkapnya)

Maret sampai Juni, 4 Kisah Masker pada 4 Bulan Pandemi

ilustrasi menggunakan masker dan face shield ketika beraktifitas. (Foto: shutterstock/pixfly)
ilustrasi menggunakan masker dan face shield ketika beraktifitas. (Foto: shutterstock/pixfly)
Hingga Juli ini, sudah 4 bulan masyarakat harus melindungi diri dengan masker ketika sedang beraktivitas di luar rumah. Tentu tak sedikit kisah yang mewarnai perjalanan kita bersama masker yang kini bahkan sudah menjadi tren fesyen tersendiri. (Baca selengkapnya)

Belajar Online dan Mindset Penugasan yang Belum Berubah Sepenuhnya

Ilustrasi tumpukan tugas yang diterima siswa saat belajar online. (Foto: Liane Kwoll dari Pixabay)
Ilustrasi tumpukan tugas yang diterima siswa saat belajar online. (Foto: Liane Kwoll dari Pixabay)
Penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran kali ini sepertinya belum diarahkan kepada nilai utilitas yang sesungguhnya. Mindset itu yang harus diubah. Sebab sejatinya teknologi hadir untuk memberi kemudahan belajar, bukan sekadar memindahkan tugas.  (Baca selengkapnya)

Melacak Jejak Kampung Kuno Pulau Tayando, di Ujung Timur Tenggara Nusantara

Lingkungan Kampung kuno di Pulau Tayando, Maluku Tenggara. (Foto: Balai Arkeologi Maluku/Wuri Handoko)
Lingkungan Kampung kuno di Pulau Tayando, Maluku Tenggara. (Foto: Balai Arkeologi Maluku/Wuri Handoko)
Meskipun letaknya di bagian barat daratan Pulau Papua, tapi Pulau Tayando bisa disebut berada di ujung timur Nusantara karena karena saking jauh dan terpencilnya. Pulau ini memiliki jejak peradaban masa lampau yang masih misterius. (Baca selengkapnya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun