Kira-kira bagaimana nasib petani sebelum, saat, dan setelah pandemi ini? Adakah perubahan yang signifikan? Harapannya, tentu saja, para petani sejahtera.
Jika merujuk dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), pada April 2020 Nilai Tukar Petani (NTP) nasional turun 1,73 persen menjadi 100,32 dibanding NTP pada Maret 2020.
NTP inilah yang digunakan untuk mengukur bagaimana daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Namun, apakah itu saja cukup? Pada kenyataannya, para petani juga mesti berhadapan dengan para tengkulak yang membeli saat hampir panen hingga musim panen tiba.
Selain cerita mengenai petani, pada pekan ini Kompasiana juga diramaikan dengan konten-konten menarik lainnya seperti mengenang kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998 hingga laporan langsung dari Polandia dan Perancis mengenai pandemi covid-19.
Berikut 5 konten menarik dan terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:
1. Benarkah Petani Masih Belum Sejahtera?
Sebagai negara agraris, menurut Kompasianer Mbah Ukik, sebenarnya mempunyai banyak kesempatan bekerja di sektor pertanian.
Apalagi dengan pekerjaan yang kini digeluti, membuat Kompasianer Mbah Ukik mesti berhadapan langsung dengan para petani dan buruh tani yang menggarap lahan-lahan untuk membeli hasil panen mereka.
Bahkan, jika menilai kesejahteraan petani hanya dari musim panen saja, menurut Mbah Ukik itu keliru.
Padahal, lanjutnya, jika sedang tidak ada garapan maka para petani ini kadang menjadi pedagang K5, di mana penghasilan per bulannya bisa melebihi tenaga honorer yang hanya berharap menjadi ASN!
Namun, biar bagaimanapun, yang diharapkan dari petani memang dari hasil panennya, bukan?