Kabar soal kasus penolakan pemakaman jenazah positif Covid-19 oleh warga terjadi di beberapa daerah. Mungkin tak sedikit yang menganggap perbuatan tersebut berlebihan dan terkesan jahat. Namun dalam situasi "menakutkan" seperti ini, rasanya penolakan itu masih bisa dipahami.
Pasalnya, belum semua masyarakat mengerti seperti apa prosedur tetap (protap) pemakaman jenazah positif Covid-19, sehingga mereka cukup khawatir akan terpapar virus. Hal yang sebenarnya bisa lebih disosalisasikan oleh para stakeholder dalam penanganan wabah ini.
Seorang Kompasianer pun menceritakan bagaimana tetangganya yang meninggal dunia mendapat perlakuan tak seperti jenazah pada umumnya oleh para tetangga lain di tengah kondisi pandemi.
Selain itu, penerapan PSBB di DKI Jakarta yang sudah disetujui Kementerian Kesehatan juga jadi topik menarik untuk disimak. Berikut deretan artikel-artikel populer kemarin.
Warga Tolak Jenazah Covid-19, Orang-orang Pintar Itu Tahunya Apa?
Mirisnya, setelah kehilangan orang tersayang mereka harus menelan pil pahit. Sebagian masyarakat menolak mayat keluarganya tersebut dikebumikan di wilayah mereka. Karena dianggap membawa virus corona. (selanjutnya)
Demi Keamanan, Jenazah Tetanggaku Dimakamkan Pukul 12 Malam
Tapi, yang kusaksikan saat itu benar-benar menyayat hati. Hanya ada segelintir orang yang peduli, yang karena tuntutan syariat Islam, diwajibkan fardhu kifayah mengurus jenazah seorang muslim yang meninggal. (selanjutnya)
Tetaplah Anda Berjuang di Rumah, Biar Kami Saja yang Berjuang di Jalanan
Cara Pasar Swalayan Menghadapi Serbuan Pelanggan dengan Tetap Menjaga Jarak
Saya bertanya ke salah seorang satpam, bagaimana prosedur berbelanja. Satpam menjelaskan bahwa karena saya berdua suami istri, hanya seorang dibolehkan masuk. (selanjutnya)