Ada yang kadang lupa kita sadari dari merebaknya virus corona: limbah dari barang sekali pakai yang digunakan sebagai pengaman dari virus corona. Masker, misalnya.
Mungkin di beberapa daerah masih ada yang kesulitan dalam mendapatkannya karena jumlah permintaan yang tiba-tiba tinggi sedangkan ketersediaan barang kurang. Â Namun, bagaimana dengan yang tidak?
Kini dengan mudah kita temui limbah masker sekali pakai ini di tempat-tempat umum. Permasalahan limbah masker, bukan tidak mungkin akan jadi masalah baru seperti halnya sampah plastik lainnya.
Selalin limbah masker sekali pakai, berikut ini konten menarik yang ada di Kompasiana kemarin:
1. Ancaman Lain Covid-19 di Indonesia, Waspada Lonjakan Sampah Masker!
ilustrasi masker yang dibuang sembarangan. (Foto: Dokumentasi Hendra Wardhana)
Covid-19 membuat banyak orang yang sebelumnya tidak pernah menggunakan masker, mendadak jadi pemburu masker. Mereka yang sebenarnya tidak terlalu membutuhkan masker kini merasa wajib menggunakannya. Akibatnya, limbah masker kini mulai kita temui di mana-mana. (Baca selengkapnya)
2. Harga Emas Makin "Ganas", Pilih Beli Emas Konvensional atau Emas Digital?Â
Ilutrasi emas batangan (Thinkstock)
Kalau terbukti bahwa harga emas akan terus melesat beberapa bulan ke depan, investor yang membeli emas sekarang tentu berkesempatan memetik untung yang lumayan. Kompasianer sudah coba? Atau, mau tahu caranya? (Baca selengkapnya)
3. Lumbung Bawang Jadi Kawasan Industri, Brebes Mengikuti Jejak Karawang?
Buruh tani Brebes | Dokumentasi Mustafiq Fadhil
Dulu Karawang sempat dijuluki sebagai Lumbung Padinya orang-orang Indonesia. Perlahan, Brebes coba mengikuti jejak Karawang lewat bawangnya. Apa saja kendala dan tantangan ke depannya? (Baca selengkapnya)
4. Langkah Preventif Orangtua Mengeksplorasi Obsesi Anaknya
Ilustrasi gambar : www.reqnews.com
Kabar mengenai pembunuhan balita di Sawah Besar, Jakarta Barat, membuat banyak yang terkejut. Pasalnya, pelaku (masih) berusia 15 tahun dan ia sendiri yang menyerahkan diri ke polisi, mengakui perbuatannya. Dari kasus ini semestinya jadi pelajaran bagi kita untuk orangtua agar tahu cara mengeksplorasi obsesi anaknya. (Baca selengkapnya)
5. Â Karena Menjadi Ganteng Itu Eksklusif!
ilustrasi lelaki ganteng. (sumber: zoff-foto)
Sebagai bahasa yang gender-neutral, keberadaan kata "ganteng" cukup aneh. Terlepas penggunaan atau asosiasinya di masyarakat, setidaknya kita tidak pernah menemui secara langsung penggunaan kata "ganteng" ditujukan kepada perempuan atau benda lain yang diperuntukkan bagi perempuan. (Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H