Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kompasianer Ramai-ramai Kunjungi "Mini Papua" di FIFEST 2018

27 November 2018   18:47 Diperbarui: 27 November 2018   19:00 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi Kompasianer Amad Made

Perhimpunan Filantropi Indonesia menyelenggarakan Filantropi Festival (FIFEST) untuk kali kedua pada Kamis (15/11) di JCC Senayan, Jakarta.

Pada pergelaran kali ini, FIFEST menampilkan inovasi dalam berbagai aktivitas filantropi di Indonesia dan Asia, serta strategi efektif dalam membangun kapasitas lembaga-lembaga filantropi di Indonesia untuk pencapaian TPB/ SDGs.

Kompasiana bersama Kompasianer Ronald Wan, Amad Made, Diaz Roseno, Khairunisa Maslichul, dan Sandra Suryadana berkesempatan menghadiri pergelaran ini.

Dari berbagai booth yang ada di sana, kami berkunjung ke PT Freeport Indonesia. Di booth ini ditampilkan upaya Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) Freeport dalam melahirkan program demi mendukung kemajuan masyarakat Papua.

Upaya yang dilakukan oleh LPMAK Freeport meliputi berbagai sektor. Dari sisi kesehatan, misalnya, LPMAK sudah membangun dua rumah sakit besar di sana dengan mengratiskan pelayannya. Selain itu ada klinik terapung yang berkeliling ke daerah-daerah pesisir yang jauh dari pusat kota.

Ada lagi dari sektor ekonomi kreatif yang digalakkan pada sentra kerajinan Noken. Kami melihat langsung bagaimana pembuatan tas khas Tanah Mutiara Hitam itu. Semua masih manual menggunakan tangan kosong walau kini telah tersedia alternatif cara pembuatan lainnya yang dapat memudahkan proses tersebut.

"Kalau tidak ada kegiatan lain di luar rumah kami bisa kerjakan tiga minggu. Kalau ada (kegiatan) bisa satu bulan atau lebih," kata salah satu Mama yang membuat Noken di booth Freeport.

dokumentasi Kompasianer Ronald Wan
dokumentasi Kompasianer Ronald Wan
Selain program kesehatan dan kerajinan, PT Freeport Indonesia juga menyediakan program beasiswa. Kita tahu pada tahun 2015 lalu ada dua pemuda hebat, Herman Zonggonau dari Suku Moni dan Amianus Wamang dari Suku Damal. Keduanya dinyatakan lulus dan diwisuda oleh Genesa Flight Academy setelah sebelumnya dinyatakan masuk seleksi program beasiswa khusus LPMAK. Keduanya kini turut berkontribusi terhadap kemajuan dunia penerbangan di Papua.

Kini, giliran Aprion Komangal yang siap mengikuti jejak Herman dan Amianus. Sejak kecil ia memang bercita-cita menerbangkan si burung besi.

Bermodalkan tekad kuat, ia memberanikan diri mendaftar beasiswa disertai serangkaian proses seleksi. Mulai dari  tes tulis, wawancara, tes kesehatan, hingga dinyatakan berhak menerima beasiswa. Selangkah lagi, mimpinya akan terwujud.

"(Saya) Pendidikan pilot di Cilacap. Akan selesai setahun lagi. Setelah itu sudah bisa menerbangkan pesawat kecil, logistik, semacam itulah," kata Aprion kepada Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun