Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Potret Fenomena Sosial dan Politik lewat Pameran Kartun Ber(b)isik

8 Oktober 2018   15:55 Diperbarui: 9 Oktober 2018   20:43 3573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata kartun, semua orang pasti akan langsung tertuju pada gambar kartun yang lucu dan juga menarik, sehingga siapapun yang melihat pasti akan langsung tersenyum atau bahkan tertawa geli. Namun, kartun juga dapat membuat seseorang tersenyum pahit jika pesan yang disampaikan dari kartun tersebut menampilkan sindiran atau satir.

Kekuatan kartun tidak hanya sebagai hiburan semata, lebih dari itu, kartun bersifat simbolik. Sifatnya yang simbolik dan cara penyampaian pesannya bersifat eksplisit, dianggap sebagai sarana yang ampuh bagi kartunis untuk mengkritik dan mengingatkan kembali fenomena sosial maupun politik yang sedang terjadi pada saat ini.

Untuk menyadarkan kembali kesadaran masyarakat mengenai fenomena yang terjadi saat ini, Bentara Budaya Jakarta menyelenggarakan Pameran Kartun Ber(b)isik yang diselenggarakan pada tanggal 3-13 Oktober 2018 di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah.

Melalui pameran ini, kartunis Beng Rahardian, Didie SW, Ika W. Burhan, Mice Cartoon, Rahardi Handining dan Thomdean akan memamerkan karya terbaru mereka dengan gayanya masing-masing. Selain mengingatkan kembali tradisi kritik dalam kartun tersebut, mereka juga berusaha mengajak milenial untuk lebih bijak dan santun dalam melakukan kritik.

Kartunis Harian Kompas GM Sudarta (almarhum), dengan sosok Om-Pasikomnya pernah mengatakan, kadang kala kritik kartun atau karikatur kurang tajam. Karikatur yang tajam menurut Mas GM adalah karikatur yang bisa membuat tersenyum orang atau siapa pun yang dikritik. Visi kartun lebih pada penyampaian lewat cara "berteriak dalam bisikan" bahwa ada yang perlu diperbaiki.

Pameran yang dibuka langsung oleh Ade Rai sebagai atlet porseni pada tanggal 3 Oktober 2018 tersebut mengusung konsep mengetengahkan karya-karya dua dan tiga dimensi. Selain itu, para kartunis juga mencoba berkarya melintas batas bidang ekspresi yang selama ini menggunakan medium kanvas.

Selain menyuguhkan pameran kartun, keenam kartunis juga akan membagikan pengalaman mereka dalam acara "Bincang Kartunis" (cartoonist talk) serta diikuti dengan serangkaian workshop mengenai cara kreatif pembuatan kartun untuk pemula dan kartun editorial. (FIN)

Dok.Bentara Budaya Jakarta
Dok.Bentara Budaya Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun