Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Mencari Makna Hidup dari Puisi

22 Agustus 2018   11:11 Diperbarui: 4 September 2018   19:21 2620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ambiguitas dalam puisi adalah keindahan. Makna yang berganda, yang bisa dilihat dari sudut manapun, menjadikan puisi memiliki nilai-nilai sendiri setiap zamannya. Oleh karenanya, puisi-puisi Chairil Anwar tetap relevan dan semakin berlipat makna dari semula. Bahkan, bisa saja, bisa semakin jauh dari apa yang bisa dibayangannya Chairil Anwar ketika menulis itu.

Namun, ambiguitas sungguh jauh berbeda dengan menyembunyikan makna. Setiap kata dan diksi yang digunakan dalam puisi bisa diartikan pada saat yang bersamaan ketika membacanya. Jika ada satu-dua kata yang tidak dimengerti, bisa langsung membuka kamus. Sederhananya begitu.

Sebenarnya sebada dengan puisi yang ditulis Wahyu Sapta. Ke mana Arah Langkah Kaki? yang dibuat Selsa juga berbicara tentang wilayah hidup yang tergusur: dalam hal ini teritori pejalan kaki.

Penggusuran dan penyempitan ruang gerak ini yang digambarkan oleh Selsa.

Lalu aku bisa apa
saat dapati kenyataan yang tak memihak ini

Membaca puisi yang baik, menurut Mark Yakich dalam 20 strategi membaca puisi, tidak memberi kita sesuatu untuk dibicarakan. Puisi justru membuat kita (penulis maupun pembaca) terdiam. Sebab puisi akan membawa kita pada kesunyian yang lain. Kesunyian yang mungkin jadi tempat yang tepat untuk berpikir dan/atau merenung.

Itulah mungkin kenapa puisi-puisi Chairil Anwar tetap nyaring --menembus ruang dan waktu; zaman-- pada kesunyian pembacanya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun