Kami akan menceritakan ulang tragedi Mei 1998 dalam beberapa fragmen secara kronologis berdasarkan kesaksian. Kesaksian yang dihimpun dari sejumlah penuturan dan risalah tertulis yang bermodal ingatan.
Kami sadar, menulis bermodal ingatan dapat begitu rapuh dan mudah disangkal. Namun, begitulah sejarah dibangun: pada awalnya ialah simpang-siur yang melayang dan terbang mengikuti arah angin. Kemudian ada pula layang-layang yang mencuri pandangan mata banyak orang, yang ternyata dikendalikan, oleh pemenang.
Tulisan ini sekadar catatan (tentang) sejarah dari jejak-jejaknya yang terserak, lalu kami pungut kembali. Semoga catatan ini sekaligus mampu menjadi pengingat. Semoga.
***
Jakarta, 1998
Anak perempuan itu tidak bisa keluar dari sekolahnya. Ibu guru hanya membolehkan muridnya pulang jika ada yang menjemput. Anak perempuan itu dan teman sekelas lainnya tidak mengerti ada apa dan kenapa --meski sudah dijelaskan.
Tidak mudah memang menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi ketika itu kepada anak Sekolah Dasar. Bagaimana bisa menjelaskan ketika ada tank-tank turun ke jalan tanpa menjelaskan sedang ada penjarahan di mana-mana? Bagaimana juga menjelaskan kepada anak Sekolah Dasar ketika ada sekumpulan orang dewasa bergerak bersama menduduki sebuah gedung di Senayan?
Satu per satu murid dijemput pulang. Anak perempuan itu masih duduk di meja. Temannya di belakang menyapu lantai, mungkin menunggu dijemput seperti murid yang lain. Anak perempuan itu merenung, tidak mengerti semuanya, kemudian menangis sambil berseloroh, "Bangsaku kenapa begini?"
***
Bogor, 9 Mei 1998
100 mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Djuanda berkumpul di halaman kampus Universitas Djuanda (Unida).Mereka telah bersiap untuk melakukan long march menuju Tugu Kujang. Rekan-rekan mahasiswa Bogor lainnya akan berkumpul di sana.