Bayangkan ketika satu waktu kita mendatangi sebuah daerah di mana hari ini dan hari esok tidak pernah terjadi. Daerah itu, yang baru saja didatangi, hanya memiliki masa silam. Daerah itu hilang.
Bayangkan (kembali) bila daerah yang hilang itu hanya menyisakan cerita. "Bahwa dulu pernah ada ini di sebelah utara dan itu di sebelah barat daya," kata pemandu wisata.
Jika boleh diperkenankan untuk membayangkan: bayangkan jika daerah itu adalah daerah tempatmu kini bermukim; hidup, beranak-pinak, dan akhirnya menutup usia. Tidak ada lagi kisah dan ruang untuk nostalgia pada sesuatu yang sangat jauh letaknya.
Anggap saja begini:
Pada suatu pagi di mana matahari terbit di pantai Tanjung Pesona, Sungailiat, Kabupaten Bangka, kamu datang menggunakan kendaraan roda dua. cukup 15 menitan dari kota. Cuaca sedang tidak mendung. Sambil duduk-duduk di bawah pohon yang rindang, kamu menikmati segelas kopi dan beberapa cemilan gorengan.
Sejauh mata memandang hanya gelap yang terhampar luas. Angin laut berhembus cukup kencang. Wajar saja, karena Laut pantai Tanjung Pesona berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan.
Kamu tetap bertahan di sana, menunggu dan menikmati matahari keluar dari batas pandang di antara awan dan ombak laut yang tenang. Dan kamu tahu bagaimana cara terbaik mengabadikan momen tersebut: memotretnya dengan kamera ponsel. Kelak, gambar dari kamera itu yang cukup bisa menjelaskan bagaiamana keindahan pantai Tanjung Pesona itu.
Sedikit menyebarang. Pulau Belitung. Tempat ini seperti tidak ada habisnya untuk dikisahkan meski sempat dibuatkan novel megah --juga dalam sebuah film dengan judul yang sama-- "Laskar Pelangi". Air terjun, pantai dengan pasir yang putih, museum, juga kehidupan masyarakatnya.
G Tersiandini bahkan menuliskannya dalam Trevelogue: Keindahan Alam Belitung. Setiap detil tempat yang ia sambangi ia ceritakan dengan menarik. Semisal: ketika ia menyadari kameranya terendam saat mengunjungi pantai. Percayalah, tak ada yang lebih mengkhawatirkan ketika kamera rusak saat berlibur.
Tapi tidak melulu tentang tempat wisata. Pada tahun politik ini, KPU bersama Pemerintah Bangka sedang gencar-gencarnya menyosialisasi para peserta pemilu. Namun, yang menjadi itu beda adalah caranya: lewat pentas seni.