Lalu, tiga tahun setelahnya, tokoh utama cerita ini dikriminalisasi dengan tuduhan atas penembakan sekaligus penganiayaan kala menjadi Kapolres Bengkulu.
Teror itu seperti sarapan pagi, begitu kata sahabat tokoh utama kita ini, Abraham Samad, mengibaratkannya.
Setelah semua terjadi, semua seperti berjalan begitu lamban. Semakin berkembangnya spekulasi, semakin tidak terlihat bagaimana kejelasan kasus yang menerpa tokoh utama cerita ini. Sambil berharap kasus ini selesai, yang bisa kita lakukan adalah merawat ingatan, melawan lupa!
Karena ini bukanlah kisah kolonialisme yang dibangun tanpa keresahan sama sekali. Kegelisahan selalu hadir dalam represi kekuasaan.
Puas atau tidaknya atas kinerja sebuah lembaga, melakukan tindak kriminal adalah perbuatan yang jelas keliru. Tidak ada pembenaran untuk itu!
Namun, jika hidup hanya soal memilih dan memilah, maka kita akan mendapat yang baik dan menyingkirakan yang buruk, tentu saja. Semua pihak yang terlibat dalam kasus tersebut selalu berujar "bahwa pihaknya (Kepolisian) serius dalam menangani kasus penyiraman air keras ...."
Permasalahannya, kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto, belum ada titik terang dalam kasus tersebut. Pelakunya masih gelap, seperti sebelah mata tokoh utama cerita kita.
Perlu disegarkan kembali ingatan tentang tokoh utama cerita kita. Ia, tokoh utama cerita kita ini, hanyalah penyidik biasa.
***
ORANG BAIK SELALU diuji, meskti mesti dibayar dengan kematian sekalipun. Martin Luther King Jr. adalah orang itu. Ia ditembak sore hari, sekitar pukul 4 , di balkon luar kamarnya. Satu peluru menembus dagunya. Peluru itu juga menembus sumsum tulang belakangnya. Ia dilarikan ke rumah sakit. Nyawanya tak terselamatkan, tentu saja.