KAMI KISAHKAN KEMBALI cerita ini. Kisah tentang seseorang yang (kini) berjuang dengan sebelah matanya. Meski kelak sejarah tetap ditulis oleh pemenang, tapi kisah ini akan abadi, tidak gampang mati.Â
Risalah ini akan kami mulai dengan bagaimana tokoh utama kita ini melakukan tugas demi tugasnya sebagai penyidik KPK. Kasus korupsi Wisma Atlet, tindak korup penegak hukum Mahkamah Konstitusi dan sampai yang terbesar: awal mula keributan antara Polri dan KPK dalam kasus Simulator SIM. Juga masih banyak lagi.
Namun, pada satu subuh yang gigil di depan Masjid Al Ihsan, dekat kediamannya, dua orang yang tidak ia kenal memepetnya dan menyiramkan air keras ke wajahnya.
Tidak. Kisah ini terlalu cepat dan ringkas.
Masih ada kisah-kisah lain. Kisah penyerangan yang menggangu psikis tokoh utama cerita ini seperti ingin memberi luka yang dalam: trauma. Bukan nyawa yang ingin direnggut, melainkan menghancurkan mental secara permanen.
Selaiknya fragmen pembunuhan karakter, kedua orang penyerang ini menggunakan alat yang tidak mudah dilacak: air keras. Kedua pelaku kemudian melarikan diri dengan mengendarai motor. Ia hilang, mengering, bersamaan dengan kejadian itu. Berlalu begitu saja.
Tokoh utama dalam cerita ini lalu dibawa ke rumah sakit. Beberapa jam setelah itu, di hadapan para wartawan, Presiden mengutuk keras tindakan tersebut.
"Jangan sampai orang yang memiliki prinsip dilukai dengan cara-cara yang tidak beradab," ujar Presiden.
Tidak hanya Presiden, tapi semua orang yang mengetahui ini --kecuali pelaku-- ikut mengutuk.
***
INI BUKAN YANG pertama. Tentu saja. Pada 2012 silam, tokoh utama kita ini pernah ditabrak oleh segerombolan orang. Apalagi kalau bukan kala menangani kasus korupsi orang nomor satu di daerah tersebut.