Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pengeroyokan Hermansyah hingga Geliat Bandung Tahun 60an dalam Artikel Pilihan Kompasiana

11 Juli 2017   19:01 Diperbarui: 11 Juli 2017   20:17 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hermansyah, seorang pakar telematika yang berstatus sebagai saksi kasus chat mesum Rizieq Shihab dikeroyok sekelompok orang tak dikenal hingga terluka parah. Masalah ini kemudian viral di media sosial dan dipandang sebagai kegilaan baru terorisme di Indonesia.

Ulasan pengeroyokan Hermansyah dan kegilaan terorisme di Indonesia ini menjadi salah satu artikel pilihan Kompasiana hari ini. Selain itu ada pula artikel tentang timnas Indonesia yang masuk dalam grup neraka di SEA Games 2017 juga sebuah reportase tentang pertunjukan hiburan di Bandung tahun 1960an.

Berikut ini adalah artikel pilihan Kompasiana hari ini.

1. Kasus Hermansyah dan Kegilaan Baru "Terorisme"

Ilustrasi. Kompas.com
Ilustrasi. Kompas.com
Pakar IT yang menjadi saksi atas kasus chat mesum Rizieq Shihab dikeroyok orang tak dikenal hingga terluka parah. Kasus pengeroyokan Hermansyah ini bisa dianggap sebagai kegilaan dan aksi terorisme gaya baru.

Fenomena ini menjelaskan pada kita bahwa bangsa ini adalah bangsa yang gemar kekerasan yang mudah tersulut provokasi. Membiarkan sebuah kasus terlalu lama tak ada kejelasan, justru akan menambah kuat keraguan publik terhadap kinerja aparat keamanan yang dianggap tidak profesional.

Slogan "biarkan aparat bekerja" jangan sampai hanya semacam isapan jempol yang pada akhirnya tak pernah menguak secara terang benderang kasus-kasus terorisme yang menghantui masyarakat.

2. Masuk Grup Neraka SEA Games 2017, Timnas Butuh "Sihir" Luis Milla

Luis Milla. Kompas.com
Luis Milla. Kompas.com
Timnas U-22 di bawah asuhan Luis Milla ditargetkan membawa pulang medali emas SEA Games 2017. Namun Indonesia berada di grup neraka bersama Thailand, Vietnam, Kamboja, Timor Leste dan Filipina.

Menyebut nama Thailand dan Vietnam, mereka adalah dua tim yang sangat berat untuk dihadapi. Jangankan untuk juara, sekadar lolos semifinal pun Indonesia harus berjuang keras.

Indonesia harus mampu mengakhiri klasemen grup di posisi dua besar. Artinya, Indonesia harus berada di atas nya Thailand atau Vietnam yang lebih difavoritkan. Pengalaman Luis Milla membawa tim U-21 Spanyol jadi juara Eropa dibutuhkan timnas saat ini.

3. Koruptor itu Keren!

Ilustrasi. Kompas.com
Ilustrasi. Kompas.com
Jadi koruptor itu ternyata keren. Itulah yang diceritakan penulis saat berdiskusi dengan Pepeng--pembawa acara jari-jari- sebelum ia meninggal. Penulis menceritakan obrolan santainya ini yang ternyata bermakna dalam.

"Lo tau gak kenapa koruptor bisa gak tau malu begitu, Bud?" tanya Pepeng pada penulis.

"Gak tau. Kenapa, Peng?"

"Karena kata 'Koruptor' itu keren."

Secara psikologis menurut Pepeng, kata "koruptor" seharusnya diganti dengan "maling" karena terlalu keren. Bayangkan saja jika kata "koruptor" diganti dengan "maling" di berbagai media. Misalnya berita 'Seorang maling diangkat jadi bupati di dalam penjara.' Dari sisi psikologis, kata "maling" memang lebih buruk dari "koruptor".

4. Antara Wi-Fi dan Warung Kopi: Hilangnya Interaksi Sosial Antar Individu

Ilustrasi. Techgeek
Ilustrasi. Techgeek
Dulu, warung kopi adalah tempat yang sering digunakan orang untuk membahas satu topik ke topik lainnya. Mulai dari topik ringan hingga masalah politik. Namun, obrolan ngalor-ngidul ini tergerus oleh hadirnya Wi-fi yang membuat orang menjadi "autis" pada teknologi.

Warung Kopi yang dulunya sebagai tempat obrolan mengasyikan kini perlahan mulai hilang dari peradaban. Kebiasaan menyapa dan mengajak lawan untuk berbicara sekalipun tidak mengenal sebelumnya mulai ditinggal manusia. Sekarang, mereka lebih "mencintai" alat komunikasi yang sudah terhubung dengan Wi-Fi ketimbang berkenalan, menyapa atau mengajak berbicara orang yang ada di sebelahnya.

5. Gairah Warga pada Pertunjukkan Hiburan Bandung di Tahun 1960

Bandung tahun 60an. Wikimedia.
Bandung tahun 60an. Wikimedia.
Pada 19 dan 20 Agustus 1960 silam, malam Bhineka Ria berlangsung di Yayasan Pusat Kebudayaan Jalan Naripan Bandung. Ada empat band besar kala itu yakni Band Irama Nauri Bulung/pimpinan I Harahap dari Jakarta dan tiga band dari Bandung, yaitu Bhineka Ria/pimpinan TH J Salamony Juara II Festival Band (FIDIM) se Jawa pada 1960, Band Edy (Eddy) Karamoy dan Band Dasa Ria pimpinan Sam Gunawan.

Pada malam minggu 20 Agustus 1960 untuk pertama kalinya di Kota Bandung diselenggarakan empat pertunjukkan hiburan di empat tempat yang berbeda.  Peristiwa ini adalah anomali bagi warga Bandung di tengah persoalan ekonomi dengan kelangkaan gula, minyak tanah, naiknya harga beras hingga mendekati Rp10 per kg.

Kendati demikian, geliat hiburan di tahun 60an ini tetap besar. Ulasan selengkapnya bisa Anda baca melalui tautan berikut ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun