Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Ini Fiksianer yang Mesti Diwaspadai Karyanya!

13 Juni 2017   14:44 Diperbarui: 19 Juni 2017   17:11 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang sastrawan, Budi Dharma, dalam sebuah wawancara pernah mengatakan bahwa karya-karya yang baik dan menukik bisa lahir dari upaya pengarang yang mampu mengendapkan dan merenungkan realitas lingkungan di sekitarnya*. Konteksnya pada saat itu memang tengah membahas kehadiran sastra digital. Barangkali satu waktu bisa kita debatkan: membandingkan karya sastra cetak dan sastra digital. Karena bagi sebagian orang ini terasa usang, mungkin, karena dari sana (baca: sastra digital) telah melahirkan banyak pengarang-pengarang bagus. Baik itu secara kualitas dan kuantitas.

Namun, yang dimaksud Budi Dharma dalam wawancaranya, "pada hakikatnya semua bisa dianggap sastra, hanya mana yang bisa dimasukkan kanon (mahakarya) mana yang tidak. Sastra digital kebanyakan tanpa renungan,... lebih banyak instan daripada pengendapan pemikiran."

Bisa saja Budi Dharma benar, bisa juga tidak. Benar jika melihat betapa banyak (kuantitas) karya-karya lahir. Dalam satu hari seseorang bisa menulis dua-tiga karangan. Bisa juga tidak, barangkali, karena sedikit banyaknya tidak ada yang memerhatikan secara serius para pengarang di sastra digital dengan karya-karya baik (kualitas).

Sastra digital bisa tumbuh dan berkembang seperti sekarang karena wadah (tempat menuliskannya) tersedia banyak. Sosial media seperti Facebook, misal, dengan fitur Notes (dan, entah mengapa ketika sudah diberikan fitur seperti Notes orang-orang malah lebih suka menuliskannya di kolom status?).  Kompasiana dengan Fiksiana-nya juga. Ada banyak pengarang dan karangan yang hadir di sana setiap harinya. Banyak, walau kadang kualitas dan kuantitas perbandingannya jarang berbanding lurus.

Tapi, bukankah tidak ada karya yang langsung lahir secara baik? Kunci dari berkarya, ucap Pandji Pragiwaksono, adalah berproses. "Mulai dulu aja, lalu bikin yang lebih baik," katanya dalam sebuah pertunjukan spesial Juru Bicara.

Seperti yang tadi sempat kami sampaikan, jika Fiksiana adalah tempat pengarang dan karangan lahir dengan jumlah yang tidaklah sedikit. Mungkin setiap pengarang tidak melulu bisa menghasilkan karya yang baik, namun paling tidak kita tahu sudah sampai batas mana kualitas karya mereka. Untuk itulah kami ingin mengenalkan (untuk yang belum kenal, tentu) para Fiksianer yang-paling-tidak bisa merepresntasikan bahwa karya-karya mereka mesti kalian waspadai. Sebab berbahaya. Amat sayang bila dilewatkan begitu saja. Selebihnya, kami serahkan pada sidang pembaca sekalian.

Andi Wi

Akhir tahun lalu baru saja Andi Wi membuat buku kumpulan prosa yang telah dipilih dan pilah hasil dari kumpulan tulisannya di Fiksiana: Ritual Lima Menit. Sebagai Prosasis yang karyanya tampak getir sekaligus manis ini, Andi Wi mahir membuat realitas dan fiksi hanya setipis benang. Kadang kita tertawa-tawa sendiri tiap membaca karya. Padahal, bisa jadi, kita tengah menertawai diri sendiri.

Bandyoko

Terbilang baru, sebab baru bergabung 10 Januari 2016. Tapi, barangkali, ia telah lama menggeluti dunia kepenyairan. Puisi-puisi Bandyoko adalah cerminan realitas, yang kalau kita baca, seperti dekat dan lekat. Diksi yang digunakan Bandyoko dalam puisinya juga terbilang ketat. Tidak ada kata yang digunakan secara sia-sia.

Akan sangat menarik bila satu waktu puisi-puisi itu dikumpulkan, dibukukan. Bila dibayangkan, ketika membacanya kita tengah berada di dunia yang selama ini kita tidak sadari: bahwa semua itu memang terjadi. Semoga terealisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun