Di Indonesia, memiliki kendaraan roda empat adalah sebuah bentuk kemewahan. Tak sedikit orang yang menganggap demikian sehingga banyak orang yang menjadikan kepemilikan mobil adalah sebuah syarat untuk mengikuti gaya hidup. Namun berbeda kondisinya dengan Australia. Di sana memiliki mobil pribadi bukanlah sesuatu yang membanggakan.
Selain artikel tersebut ada juga ulasan soal Stadion Pakansari di Bogor yang masuk dalam salah satu stadion terbaik dunia.
Semua artikel ini terangkum dalam headline pilihan hari ini.
1. Di Australia, Punya Mobil Pribadi Bukanlah Sebuah Prestise
Di Australia, tukang pel lantai pun punya mobil. Boleh dikatakan setiap orang punya mobil pribadi. Bukan lantaran hidup mereka semuanya berkecukupan, tapi terlebih karena mobil merupakan kebutuhan vital dalam hidup. Memang ada bus umum, tapi jalurnya tertentu dan operasi pada jam-jam tertentu.
Bahkan mobil diparkir di laman rumah pun tidak akan ada yang mau mencuri, karena kalau sudah dicuri tidak akan ada yang mau membeli. Di Australia tidak ada orang yang tidak waras mau beli mobil curian, karena pasti akan tertangkap.
2. Transportasi Daring (Online) yang Semakin Pilah-pilih Penumpang
Namun lama kelamaan, pengemudi baik roda dua maupun roda empat semakin pintar dan selektif memilih pelanggan. Walau sebagian aplikasi melarang pengemudi memiliki lebih dari satu aplikasi, nyatanya mereka bisa memiliki dua atau lebih aplikasi sekaligus dengan nomor ponsel (dan kadang nama) berbeda.
Mengenai tujuanpun, pengemudi sekarang bisa memilih konsumen yang tujuannya tidak terlalu jauh atau jalan yang ditempuh relatif lancar, tidak terlalu macet atau padat. Walau recehan, asal sering jarak pendek lebih menguntungkan ketimbang jarak sedang atau jauh (terutama roda dua) karena biar kata tarifnya mahal, mereka takut di tempat tujuan dapat konsumen ke arah tujuan yang lebih jauh lagi.
Keberadaan transportasi daring atau ojek online ternyata tidak selalu menguntungkan buat konsumen. Murah belum tentu mudah diperoleh. Malah transportasi konvensional (taksi atau ojek pangkalan) lebih fleksibel dan bersedia mengantar kemana saja, tentu dengan tarif yang jauh lebih mahal.