Siapakah  yang tak memiliki imajinasi? Setiap orang  memilikinya sesederhana apapun imajinasi tersebut. Imajinasi, angan-angan, atau khayalan semua mengarah pada hal yang sama, yakni sebatas konsep. Setiap orang  terkadang tetap membiarkan imajinasi ada dalam pikirannya, karena ia bagian dari pikiran kreatif yang berada pada otak bagian kanan.
Imajinasi terkadang mengantarkan seseorang untuk merasakan sensasi bahagia terlebih ketika pikiran imajinatif, angan-angan atau khayalan mampu diwujudkan menjadi sesuatu yang nyata, entah dalam bentuk benda, karya seni maupun karya tulis. Pada karya tulis , karya imajinatif sering disebut karya sastra atau fiksi.
Sebagai bagian dari karya imajinatif, karya sastra sesungguhnya tak dapat lepas dari kehidupan nyata, karena keduanya saling 'memberikan '. Kehidupan nyata dapat menjadi sumber inspirasi penulis, sebaliknya, karya sastra dapat menjadi semacam pembelajaran hidup karena nilai-nilai kehidupan yang ada di dalamnya.
Karya tulis sastra sebagai sebuah karya imajinatif dengan genrenya masing-masing dapat mengantarkan penulisnya mencurahkan setiap jengkal pikiran dan perasaan yang ada
Demikianlah, keberadaan blog kompasiana ini telah memberi ruang dan waktu bagi diriku untuk memerdekakan setiap pikiran dan perasaan lewat tulisan bergenre sastra, baik puisi maupun prosa.
Ada kebahagiaan tersendiri setiap kali mampu menyelesaikan tulisan. Tak mudah untuk memulai apalagi mengakhiri satu tulisan, tapi setiap kali imajinasi itu terbit, maka setiap kali itu pula ada hasrat untuk menyelesaikan dengan menyelipkan nilai-nilai kehidupan di dalamnya. Barangkali saja, nilai-nilai tersebut menyentuh perasaan pembaca dan menjadi semacam pencerahan hati.
Karena sesungguhnya, setiap kali membaca puisi dan prosa selalu meninggalkan jejak pada perasaanku . Entah pilu, entah bahagia, tapi setiapnya memerdekakan hati.Â
Banyak pula teman yang bertanya, apakah setiap puisi atau prosa yang berhasil kutulis merupakan pengalaman aku sendiri? Kisah nyata? Aku tersenyum simpul menyikapinya. Wahai, betapa naif jika pertanyaan itu terlontar.Â
Bagi penulis dan penikmat sastra, setiap laku kehidupan dapat menjadi inspirasi kisah, entah puisi ataupun cerita pendek, apalagi novel. Hanya kekuatan imajinasi yang mengentalkan kisah nyata tersebut menjadi sebuah karya sastra yang indah dan meninggalkan rekam jejak lewat majas dan tautan diksi yang terpilih sehingga menjadi paragraf yang cantik.Â
Sudah banyak puisi ataupun cerpen yang  kutulis merupakan hasil melihat, mendengar kisah-kisah nyata di lingkup hidupku. Mulai dari kebahagiaan rumah tangga hingga kepiluan-kepiluan yang ada di dalamnya. Tanpa kusadari, pikiran dan perasaaku ibarat kamera.
Suatu saat, hatiku klik pada kisah yang kudengar, peristiwa yang aku lihat. dan aku memotretnya.
Pada saat tertentu, aku akan duduk manis dan membuka kembali potret itu untuk menyelesaikannya dengan happy ending atau sad ending. Pada saat itulah kemerdekaan hati terasa membuncah dan mengalirkan euforia tersendiri, sekaligus memicu adrenalin untuk menulis dan menulis lagi. Lagi dan lagi...
Catatan Malam, Tujuh Belas Agustus Tahun Dua Ribu Sembilan Belas
dan, kita merayakan ulang tahun ketujuh puluh empat Indonesia Raya bersama-sama;
meskipun aku di sini dan kamu di seberang sana
tak apalah,
terkadang jarak terentang mengekalkan rasa...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H