Saat ini di Kementerian dan Lembaga baru dari Kabinet Merah Putih (KMP) Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka harus bekerja keras dalam menyiapkan dan menata semua unsur yang ada dalam organisasi. Tidak terkecuali dalam menentukan calon-calon pejabat yang akan memimpin di dalam Kementerian dan Lembaga tersebut.
Jika kita bicara mengenai kepemimpinan atau leadership maka banyak sekali teori-teori yang ditulis oleh para ahli seperti Dale Carnegie, George R Terry, John Maxwell, Simon Sinek, Stephen R Covey, dan lain-lain. Teori yang menjelaskan mengenai apa, siapa, mengapa dan bagaimana mengatur dan memimpin.
Dalam hal ini kita hendak memilih mana yang lebih baik pemimpin yang cerdas atau pemimpin yang amanah.
Dari pengalaman sebagai Kepala Pusat Kepemimpinan dan Manajemen, rasanya belum cukup dengan hanya membaca buku-buku yang membahas mengenai kepemimpinan namun yang penting yaitu menerapkannya dalam kehidupan nyata, menghadapi dengan berbagai macam sikap dan perilaku setiap orang yang berbeda.Â
Sebelum kita membahas mengenai pemimpin yang cerdas dan pemimpin yang Amanah, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa yang dimaksud dengan cerdas dan apa itu amanah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata cerdas memiliki arti tajam pikirannya, cermat, dan tangkas, pertumbuhan tubuhnya sempurna, sehat dan kuat. Orang yang cerdas biasanya mengandalkan logika dan pikiran kritis. Sedangkan Amanah menurut KBBI adalah sesuatu yang dipercayakan atau dititipkan kepada orang lain, amanah berasal dari bahasa Arab yang artinya dapat dipercaya. Jadi seorang pemimpin yang Cerdas yaitu memiliki kriteria sebagai orang yang aktif, kreatif dan inovatif. mempunyai visi, memiliki kecerdasan komunikasi emosional dan kekuasaan.
Namun kita tidak dapat menggeneralisasikan bahwa seorang President Direktur, Direktur Utama atau CEO pemimpin perusahaan atau BUMN sudah pasti lebih cerdas dari anak buahnya karena bisa saja mereka membuat kesalahan. Oleh karena itu seorang pemimpin yang cerdas harus bisa memastikan ide-ide yang cemerlang keluar dari anggotanya.
Pemimpinan yang Amanah memiliki integritas yang tinggi dan menjadi panutan, berupaya mengenal budaya, nilai-nilai, dan norma yang ada dalam perusahaan atau organisasinya. Pemimpin yang amanah memiliki empati dan mengetahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan organisasi.
Jadi perlu dibedakan dan mana yang lebih kita utamakan, pemimpin yang Cerdas atau pemimpin yang Amanah untuk membawa keberhasilan organisasi. Disini saya membagi 4 jenis tingkatan kepemimpinan:
1. Keberadaannya disenangi dan ketidak beradaannya dirindukan
2. Keberadaan disenangi dan ketidak beradaannya tidak dirindukan
3. Keberadaannya tidak berpengaruh dan ketidak beradaannya tidak berpengaruh.