Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menilai aksi demo menentang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akhir-akhir ini marak terjadi diberbagai wilayah Indonesia, merupakan proses aktualitas rakyat Indonesia menuju kematangan demokrasi.
“Demo menentang kenaikan harga BBM yang dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat hari ini merupakan buah dari reformasi yang dicanangkan Indonesia tahun 1998,” ucapnya saat memberikan pembekalan kepada 558 anggota Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus yang berlokasi di hutan Gunung Situ, Lembang, Jawa Barat, Selasa (27/3).
Menteri Kehutanan mempersilahkan masyarakat melakukan aksi demo, menyampaikan aspirasinya, namun juga diingatkan untuk tidak anarkis, seperti membakar pelabuhan, menyetop mobil-mobil tangki BBM, dan menghambat arus lalu lintas, yang dampaknya mengganggu ketertiban umum lainnya.
”Demo tentu sesuatu yang normal, yang wajar dalam alam demokrasi, tapi demo yang benar, kalau sudah merusak bandara, saya kira sudah anarkhis itu, tentu bukan itu tujuan, cita-cita kita menjadi negara demokrasi,” tegasnya.
”Setelah tahun 1998 kita melaksanakan reformasi, hari ini sebetulnya hasil atau buah daripada reformasi itu sendiri. Kata para pakar, para ahli, demokrasi itu akan berjalan dengan baik kalau pendapatan masyarakat itu sudah 5000 US$ perkapita, kalau 5000 US$, maka disitulah sebenarnya proses demokrasi akan terjadi kematangan, terbentuk sivil society yang kuat. Nah kita ini tahun 1998 lalu baru mencapai 600 ribu US$, alhamdulillah sekarang pendapatan kita sudah hampir 3500 US$ perkapita, oleh karena itu terjadi perubahan yang luar biasa, hasil daripada reformasi dahulu, apa itu ? antara lain kebebasan, orang bebas menyampaikan pendapat, menyampaikan hak-haknya, bahkan dengan demonstrasi,” paparnya lagi.
Oleh karena itu, menurut Menhut, perlu kesiapan aparatur pemerintah, baik pusat maupun di daerah, kementerian dan lembaga, dan juga aparat keamanan, mengingat sekarang ini Indonesia masuk di era demokrasi yang disebut dengan lembah air mata.
”Ada kurva itu seperti ini, kita ada dibawah sekarang ini, tetapi dibawah menuju titik keatas. Artinya sudah hampir titik balik. Oleh karena itu proses-proses yang krusial sekarang ini kita hadapi,” ujarnya.
Menhut mengemukakan, sekarang rakyat sudah cerdas dan jika merasa diperlakukan tidak adil, mereka akan protes. Menurutnya, hal itu menandakan telah terjadinya perubahan budaya, transformasi percepatan proses demokrasi yang luar biasa di negeri ini.
“Buah dari reformasi itu orang mengetahui hak-haknya. Padahal dahulu rakyat melihat hanya diam saja, rakyat patuh, ada yang sebagian tahu dan sebagian tidak tahu, nggak ada yang berani buka mulut, protes, diam semua. Tapi sekarang tidak lagi, mereka akan protes kalu melihat ketidak adilan,’’ tandas Menhut.
”Kalau saya tidak pernah takut, ataupun khawatir terhadap aksi demo ini, karena kalau di negara-negara demokrasi lainnya, kejadian seperti ini merupakan hal yang biasa-biasa saja, sehingga kita tidak perlu takut menghadapinya,” tegas Menhut Zulkifli Hasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H