Tak ada yang berubah dari pasukan khusus TNI Angkatan Darat yang bernama Kopassus itu. Keberaniannya, ketangguhannya dan kekuatannya dalam menembus target tak dapat disanksikan lagi. Keberhasilan dan kesuksesan dalam melakukan misi dan target menjadi pencapaian tersendiri bagi Kopassus.
Keberhasilan dalam mencapai target yang direncanakan merupakan salah-satu tujuan Kopassus dalam menjalankan misinya. Termasuk dalam misi evakuasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100. Kopassus TNI AD, bersama Paskas TNI AU dan Marinir TNI AL serta Mapala UI bahu membahu dalam mencapai target dan melakukan evakuasi yang memiliki maha bahaya.
Mengapa maha bahaya? Karena target yang dicapai pasukan khusus TNI itu guna menemukan korban Sukhoi Superjet 100 yang berada di dalam lembah dan tebing gunung haruslah dilakukan dengan cermat dan hati-hati, serta perhitungan yang matang dalam melakukan aksi dan tindakan. Sebab apabila tidak dilakukan dengan hati-hati justru lembah dan jurang itu membahayakan tim evakuasi tersebut. Ini yang tidak diinginkan terjadi.
Ketika yang lain memutuskan untuk tidak mendekati lokasi crash side karena melihat kecuraman tebing, 7 personel Korps Pasukan Khusus (Kopassus) ini memilih untuk meneruskan perjalanan dan mencapai dasar lembah Gunung Salak membuka jalan.
"Tidak ada yang tidak bisa, kami harus berhasil," kata pemimpin regu Sertu Abdul Haris, saat berbincang di Posko Pusat Evakuasi Embrio.
Haris bersama 19 pasukan baret merah berangkat menuju titik evakuasi Kamis (11/5), pukul 06.00 WIB. Mereka berangkat bersama tim evakuasi gabungan dari Marinir, Paskhas, Brimob, dan unsur relawan dari masyarakat. Total jumlah tim rescue saat itu yang berangkat sebanyak 200-an orang.
Seluruh tim berhasil mencapai puncak Gunung Salak sekitar pukul 11.00 WIB. Dari puncak tersebut, mereka melihat puing-puing pesawat bertebaran di tebing dengan kemiringan 85 derajat.
"Yang lain memilih tidak meneruskan, sementara kami berpikir harus sampai di lokasi," katanya.
20 orang personel Koppasus akhirnya memutuskan untuk terus berjalan. Dua tim dibagi untuk mencapai lokasi yang akan dituju. Satu tim berjumlah 13 orang, sementara 7 orang langsung dipimpin Haris. Seperti dilansir detik.com akhir pekan lalu.
Apa yang dilakukan oleh Basarnas, Tim SAR, pasukan khusus TNI dan juga masyarakat yang membantu evakuasi korban patutlah kita apresiasikan dengan positif. Dalam melakukan evakuasi itu juga membutuhkan suatu perhitungan yang matang dan juga pastinya pengorbanan serta perjuangan bersama.
Untuk melakukan evakuasi itu, tentunya pasukan khusus TNI membutuhkan waktu untuk pelatihan, dan juga persiapan yang matang. Terus terang, apa yang dilakukan pasukan elit TNI dalam melakukan evakuasi menjadi contoh bagi Indonesia pentingnya rasa kebersamaan, perjuangan, dan juga empati kepada sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H