[caption id="attachment_87058" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (shutterstock.com)"][/caption] Kata orang, dunia maya atau internet adalah dunia tanpa wujud. Setiap orang bisa menjadi siapa saja, karena tidak ada interaksi fisik di dalamnya. Tidak adanya kontak fisik ini mendorong pengguna untuk hadir dan tampil dengan beragam identitas beda, menggunakan sembarang usia, menyantumkan sembarang tanggal lahir maupun latar belakang. Memang tidak sedikit yang menyantumkan identitas aslinya, memasang foto dirinya dan menyebut persis identitas lahirnya. Tapi lebih banyak yang menyembunyikan data-data tersebut dengan beragam alasan. Di tengah euforia media sosial yang memungkin setiap orang memuat dan menayangkan konten miliknya ke dunia maya lewat medium blog, kolom komentar maupun jejaring sosial, Facebook hadir dengan terobosan hebat yang mampu 'memaksa' penggunanya menampilkan identitas apa adanya. Bukan hanya nama, foto dan domisili asli, pengguna Facebook juga mau berbaik hati menyantumkan pekerjaan, hobi, asal sekolahnya dan detil informasi lain terkait dirinya termasuk nama suami/istrinya dan anggota keluarganya. Semua itu dilakukan tanpa tekanan dan paksaan dalam bingkai 'menjalin pertemanan'. Logika yang dibangun Facebook kurang lebih begini. Bila kamu mau bertemu dengan temanmu, maka tunjukkan siapa dirimu sesungguhnya, selengkap-lengkapnya. Maka dalam waktu singkat, kamu bisa mencari dan melacak keberadaan orang yang kamu kenal, atau orang lain bisa membantu menghubungkanmu dengan teman-teman entah di mana. Apa yang dilakukan Facebook dengan sistem pertemanannya adalah salah satu bentuk verifikasi keanggotaan yang dilakukan oleh media sosial. Verifikasi atau pembuktian keaslian identitas pengguna merupakan proses yang dibutuhkan oleh setiap pengelola media sosial sebagai prasyarat hadirnya konten-konten bermutu yang bisa dipertanggungjawabkan. Di media mainstream, verifikasi kontributor konten sudah diterapkan secara ketat dengan mewajibkan setiap pengirim konten untuk menyertakan berkas identitas asli seperti KTP. Media warga seperti Kompasiana juga perlu memverifikasi identitas anggotanya untuk memberikan rasa nyaman kepada para pembaca Kompasiana yang jumlahnya mencapai 2,7 juta orang per bulan. Agar tetap setia membaca,  mereka perlu diyakinkan bahwa setiap tulisan yang berseliweran di Kompasiana dapat dipertanggungjawabkan isinya. Atau setidaknya, ditulis oleh penulis yang benar-benar ada, bukan Kompasianer yang entah siapa orangnya. Artinya, program verifikasi anggota yang mulai diberlakukan di tahun 2011 ini bertujuan untuk mendongkrak tingkat keterbacaan ratusan tulisan yang setiap hari ditayangkan oleh para Kompasianer. Ketika program ini berjalan dengan baik, dan ketika setiap Kompasianer jelas keaslian jati dirinya, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan pembaca terhadap konten Kompasiana. Selain itu, kenyamanan dalam berkompasiana dengan sesama Kompasianer juga semakin terjaga. Jelas menguntungkan kita semua, bukan? Verifikasikan dirimu! Lalu bagaimana Kompasiana memverifikasi penggunanya? Verifikasi dilakukan dengan cara melengkapi identitas diri Kompasianer di kolom isian Personal Information yang ada di halaman Dashboard >> Setting. Setelah itu, untuk membuktikan bahwa setiap informasi yang dicantumkan tidak mengada-ada, Kompasianer diminta mengakhiri proses verifikasi dengan menyertakan scan KTP/Passport/Kartu Pelajar atau kartu identitas yang masih berlaku. Data pribadi yang dikirim akan dicocokkan dengan berkas kartu identitas . Bila cocok dan benar, Admin akan memverifikasi keanggotaannya. Bila tidak cocok, keanggotaan tidak bisa diverifikasi. Untuk mengetahui status verifikasi, sebuah tanda khusus akan dibubuhkan di halaman profil--yang saat ini ditandai dengan kata "Terverifikasi". Nah, setelah mengetahui manfaat dan caranya, tunggu apa lagi? Segera verifikasikan keanggotaanmu di Kompasiana sekarang juga. Kalau Anda percaya "aku menulis maka aku ada", maka buktikan bahwa keberadaan dirimu benar-benar nyata. (JET) Baca juga:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H