Perayaan hari ulang tahun remaja saat ini ternyata tak selamanya berlangsung ceria dan penuh suka cita. Pasalnya perayaan ulang tahun remaja selalu dibumbui aksi bullying dan kekerasan. Kasus terakhir adalah perayaan ulang tahun seorang siswi dari SMK PAB 1 Patumbak, Deli Serdang, Medan, menjadi viral di media sosial facebook. Anak yang berulang tahun tersebut atau bisa disebut “korban”, diikat di sebuah tiang dan menangis. Sekujur tubuhnya terlihat basah, kabarnya bekas dilempari butir telur.
Bagi teman-teman siswi tersebut, aksi kekerasan saat ultah menunjukan rasa perhatian pada teman terdekat. Namun beberapa netizen menyayangkan budaya perayaan ulang tahun tersebut, karena terlihat kejam dan mengindikasikan kekerasan. Tak sedikit mereka yang sudah menjadi orangtua, mengecam tindakan tersebut dan akan memarahi siapa saja bila hal itu menimpa.
Banyaknya kasus kekerasan saat ulang tahun juga disuarakan oleh Kompasianer dalam bentuk tulisan sebagai bentuk keprihatinan. Berikut adalah 3 tulisan tentang kekerasan dalam perayaan ulang tahun di Kompasiana:
1. Kekerasan Remaja: Publik Semakin Permisif?
Kompasianer Samuel Henry mengajak masyarakat agar terus bersuara mengenai kekerasan saat perayaan ulang tahun. Misalnya dengan mengangkat kasus kekerasan yang terjadi di media sosial, melaporkan ke pihak yang berwewenang, membicarakan dengan sesama orang tua atau guru di sekolah. Dan yang tak kalah penting adalah terus menjalin komunikasi dengan anak.
Anak perlu diberi motivasi agar tumbuh keberanian dan bisa membedakan aksi mana yang boleh dan aksi mana yang masuk kategori penyiksaan/bullying. Ia berharap kejadian yang menimpa pelajar putri SMK di Deli Serdang bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat. Membuka mata agar menjadi peringatan bahwa kita tidak boleh permisif terhadap kejadian kekerasan yang terus dan masih berulang di sekitar kita.
2. Awas, Jangan Plonco Temanmu di Hari Ulang Tahunnya!
Kompasianer Mustafa Kamal pernah melihat secara langsung kekerasan yang dilakukan remaja saat merayakan ulang tahun. Saat itu ia melihat seorang anak yang diikat di batang pohon dengan kondisi sekujur tubuh penuh lumpur dan pecahan telur. Salah seorang temannya sedang mengikat kedua kakinya dengan tali plastik. Adegan terakhir, ia disiram dengan air parit oleh temannya.
Melihat hal itu Mustafa kemudian menegur anak-anak tersebut, tapi sayang teguran itu dianggap enteng. Untung lah ada warga setempat yang kemudian ikut menegur dan akhirnya kekerasan tersebut berakhir. Perayaan ultah dengan kekerasan sangat disayangkan oleh Mustafa, karena menurutnya bisa berbahaya bila berlebihan. Keponakannya pernah dirawat di rumah sakit karena matanya kemasukan sepihan kaca dari bekas siraman air lumpur saat perayaan ulang tahun.
3. Perlukah Mengerjai Orang yang Berulang Tahun?
Kompasianer Auda Zaschkya menyayangkan tindak kekerasan yang dilakukan remaja saat perayaan ulang tahun. Ia pernah melihat langsung kekerasan saat ulang tahun yang menimpa kakak angkatnya di sekolah. Ketika jam sekolah usai sang korban disiram dengan telur, tepung, dan bahan-bahan kotor yang lain. Alhasil ketika sampai di rumah, korban dimarahi ibunya karena pulang dengan pakaian kotor. Ibunya pun datang ke sekolah dan meminta anaknya dikeluarkan karena menganggap sekolah telah gagal mendidik siswa-siswinya.