Hari ini, genap dua tahun Indonesia dipimpin oleh pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Berbagai kebijakan telah dijalankan oleh pasangan ini berdasarkan Nawa Cita yang digaungkan. Revolusi Mental pun menjadi motor penggerak untuk mewujudkan Nawa Cita dan membuat bangsa bergerak menuju arah yang lebih baik.
Hitam-putih catatan kinerja digoreskan pasangan ini setidaknya selama dua tahun. Berbagai kejutan pun hadir mewarnai era pemerintahan Jokowi-JK yang bahkan sulit untuk diduga. Keraguan publik yang awalnya muncul dan menganggap Jokowi sebagai "presiden prematur" perlahan hilang.
Kepercayaan demi kepercayaan publik mulai terbangun pada kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, bahkan tidak sedikit publik yang menilai bagaimana Jokowi-JK membuat lawan-lawan serasa digdaya, seolah mereka di atas angin, tapi akhirnya satu demi satu terjungkal.
Sedari awal namanya mencuat ke permukaan sebagai calon presiden, lawan politiknya menyebut Joko Widodo dengan berbagai celaan. Orang ndeso, minim wawasan, dan presiden boneka adalah beberapa bentuk ungkapan ketidakpercayaan pada sosok ini. Tidak sedikit umpatan-umpatan lain muncul di media sosial yang menjadi viral dan kemudian dijadikan bahan lelucon sebuah candaan kosong makna.
Namun semua penghinaan itu diputarbalikkan. Langkah-langkah kongkrit Jokowi tidak terbaca oleh lawan-lawan politiknya dan mampu bekerja efektif dengan menuai hasil sepadan. Kompasianer Beni Guntarman yang mencatatkan itu semua sedari awal. Beni mengamati kinerja Jokowi saat membubarkan Petral dan membuat para politisi kalang kabut hingga jungkir balik. Menurutnya Presiden Jokowi secara perlahan menelanjangi mereka dengan membuka mata publik bahwa banyak politisi yang berlagak negarawan malaha ternyata memakan harta kekayaan negara.
Bahkan ketika para politisi berniat melumpuhkan dan mengukung lembaga anti rasuah KPK dengan merevisi UU KPK, Presiden Jokowi menegaskan bahwa rakyat harus tahu terlebih dahulu dan mereka ikut memutuskan. Sikap seperti inilah yang kemudian membuat sedikit demi sedikit kepercayaan publik terbangun. Rakyat seperti ikut dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk negara.
Selagi lawan-lawan politiknya tetap mengira Jokowi sebagai bidak partai pengusung atau mengira Jokowi sebagai raja yang terkekang oleh balas budi kepada perdana menteri, perwira dan bidak-bidaknya, Presiden Jokowi tetap melanjutkan langkah-langkahnya melalui kotak hitam dan putih dalam papan catur pemerintahan. Bahkan, salah satu Kompasianer menganggap bahwa Jokowi adalah Presiden menakutkan yang memburu mafia hingga ke ujung dunia.
Asep Bahtiar Pandeglang yang menyatakan kekagumannya pada pemerintahan era Jokowi-JK saat ini. Dia menilai bahwa pemerintahan saat ini adalah sebuah fenomena yang luar biasa. Pasangan Jokowi-JK dipercaya bisa memberangus puluhan koruptor yang selama ini sulit disentuh oleh hukum.
"Paling menghebohkan ketika Presiden Jokowi dengan berani membegal 'Penguasa abadi' bisnis minyak di Indonesia, Riza Chalid, yang sangat licin karena kepintarannya dalam memenangkan tender-tender besar, jaringan mafia migasnya bahkan telah menguasai kontrak suplai minyak senilai US$ 18 miliar," tulis Asep dalam ulasannya.
Bukan hanya itu, yang paling menghebohkan adalah tertangkapnya buronan kasus BLBI, Samadikun Hartono yang diburu sejak tahun 2003 silam karena telah menyalahgunakan dana talangan BLBI Rp 2,5 triliun rupiah. Kala itu Samadikun kabur ke luar negeri dan sejak saat itu sosok Samadikun sangat licin untuk di tangkap.
Keberhasilan pemerintahan Jokowi-JK menangkap para buronan yang kabur ke luar negeri tentu menjadi sinyal menakutkan bagi para mafia. Secara diam-diam, pemerintah dalam komando Presiden Jokowi juga melakukan pendekatan-pendakatan kepada negara tetangga, bekerja sama dan meminta bantuan agar menangkap para mafia asal Indonesia yang bersembunyi di negara mereka.