Ahok telah memutuskan, pada Pilkada 2017 mendatang ia tidak akan melaju sebagai calon independen. Deklarasi Partai Golkar, Hanura dan Nasdem mengubah keputusan Ahok. Ia memilih untuk melaju melalui jalur parpol.
Keputusan ini tentu menuai berbagai pandangan. Pasalnya, selama lebih dari satu tahun kelompok relawan Teman AHok berjuang keras mengumpulkan 1 juta KTP untuk mendukung Basuki Tjahaja Purnama melalui jalur perseorangan.
Keputusan Ahok yang memilih parpol ketimbang jalur perseorangan ini ketika itu menjadi topik yang hangat dibincangkan dan diperdebatkan. Kompasiana pun membuat jajak pendapat tentang hal ini. Dengan melontarkan statement bahwa "Pilih jalur parpol, Ahok ingkar janji," sebanyak 8 Kompasianer mengatakan sependapat dengan pernyataan ini dan 9 Kompasianer lainnya memberi pendapat berbeda.
M. Reza Rifki salah satu yang menyatakan bahwa ia sependapat dengan statement yang dilontarkan Kompasiana. Bahkan menurutnya keputusan Ahok ini memperlihatkan bahwa ia lebih mementingkan kekuasaan dan ambisi.
"Ahok tujuannya mementingkan kekuasaan. Ambisiusnya dia akan mencalonkan menjadi gubernur Jakarta sangat ngotot. Padahal kasus sumber waras yang belum tuntas dan juga cenderung ditutupi bukti yang ada," tulis Reza.
Dipilihnya jalur parpol oleh Ahok untuk maju ke Pilkada 2017 mendatang memang sempat mendapat reaksi negatif dari beberapa pihak. Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro pun menilai keputusan ini adalah tindakan "blunder" yang dilakukan Ahok.
Menurutnya, seharusnya Ahok terus konsisten meneruskan perjuangannya lewat jalur perorangan yang sejak awal telah dipilih. Karena langkah tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar pada elektabilitas dan kepercayaan masyarakat atas Ahok.
"Menurut saya blunder. Belum apa-apa sudah meninggalkan relawan," ujar Siti sebagaimana diberitakan Kompas.comÂ
Lebih jauh Siti menilai bahwa jika kemudian ada pihak-pihak yang meminta atau menuntut pengembalian KTP dukungan maka hal ini sangat wajar. Karena pasti ada saja yang kecewa karena keputusan ini. Ia juga menilai bahwa Ahok lupa pada dampak psikologis dari semua yang telah dikerjakan bersama Teman Ahok.
"Sekuat apapun dana yang nantinya digelontorkan partai, kalau masyarakat merasa terkhianati, mulai ada taruhan, hal yang prinsip. Selesai," kata Siti.
Kekecewaan pun diperlihatkan oleh Kompasianer Sulistyawan Dibyo Suwarno. Keputusan Ahok memilih jalur parpol dianggap menyamakan fungsi parpol dan relawan sebagai kendaraan politik semata.