[caption caption="Warga Jember terpaksa mengantri BBM non subsidi. KOMPAS.com/ Ahmad Winarno"][/caption]Terhitung 1 April kemarin, pemerintah secera resmi menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar sebesar Rp 500,-. Penurunan harga ini berdasarkan pertimbangan menyusul harga minyak dunia yang tengah turun.
Dalam perencanaannya, Pertamina sebenarnya mengusulkan agar penurunan harga BBM ini tidak lebih dari Rp 200 hingga 400 saja dengan jaminan bahwa pemerintah tidak perlu lagi menaikkan harga hingga bulan Agustus mendatang.
Namun berdasarkan pertimbangan lebih lanjut, angka Rp 500,- kemudian diambil untuk menurunkan harga BBM di seluruh Indonesia.
Tentu saja penurunan harga BBM ini diharapkan akan berimbas pada penyesuaian harga untuk sektor lain seperti salah satunya tarif angkutan umum. Namun pada kenyataannya, Organda menolak adanya penyesuaian tarif lantaran angkutan umum.Â
Alasannya, perhitungan terlalu sulit untuk dilakukan. Berbeda jika harga BBM turun senilai Rp 1.000 maka akan jauh lebih mudah dan signifikan pada tarif angkutan.
"Bayangin aja, kalau turun Rp 200, sopir beli premium 30 liter, cuma dapat Rp 6.000, itu tidak signifikan," kata Ketua DPD Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan.
Lantas melihat tanggapan di atas, apakah penurunan harga BBM ini menjadi percuma karena tidak memberikan efek domino dan berdampak signifikan?
Oleh karena itu Kompasiana beberapa waktu lalu membuat jajak pendapat Pro Kontra tentang hal ini. Dan hasilnya, sebanyak 4 Kompasianer menyatakan bahwa penurunan harga BBM ini percuma dan 2 Kompasianer menyatakan hal berbeda.
"Jika dikaji lebih teliti lagi, BBM adalah salah satu indikator dalam penentuan harga bahan pokok lainya. Ketika harga BBM mengalami fluktuatif yang tidak menentu maka hal tersebut juga akan mempengaruhi harga dan kondisi perekonomian di Indonesia," ujar Fara Dila Sandy pada kolom Pro terhadap statement Percuma Harga BBM Turun.
Namun menurutnya, ada asumsi yang perlu diteliti lagi. Setiap aksi kenaikan atau penurunan BBM secara otomatis memunculkan reaksi pada harga, tapi kedua aksi dan reaksi ini sangat berkaitan erat dengan jangka waktu.
"Bisa dipastikan efek domino penurunan harga BBM tidak terjadi dalam waktu jangka pendek, namun memiliki pengaruh signifikan terhadap jangka panjang," lanjutnya.