Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Kilas Kompasiana: Nyepi, Megah dalam Keheningan dan Toleransi Beragama

8 Maret 2016   09:29 Diperbarui: 9 Maret 2016   02:28 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Umat Hindu sedang berdoa di Pulau Bali. Sumber: print.kompas.com"][/caption]9 Maret 2016 seluruh umat Hindu akan merayakan hari besarnya. Hari Raya Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang selalu dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Di Indonesia, khususnya di Bali, perayaan Nyepi selalu menarik perhatian berbagai kalangan. Memang, Pulau Bali bisa dikatakan sebagai daerah pusat peradaban dan keagamaan Hindu di Nusantara dan hal tersebut membuat Bali mendapat sorotan dari para pelancong lokal dan internasional.

Pada dasarnya, Nyepi dirayakan dalam keheningan tanpa adanya keramaian duniawi. Saat perayaan ini, denyut nadi aktivitas Pulau Bali akan berhenti berdetak secara serentak, guna memberikan waktu kepada para penghuninya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dalam kesunyian.

Pengalaman Tak Terlupakan

[caption caption="Arak-arakan Ogoh-ogoh. Sumber : print.kompas.com"]

[/caption]Tentu saja sebagai daerah dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu, Bali memancarkan daya tarik tersendiri baik dalam konteks spiritual maupun daya tarik wisata. Hal ini terlihat dari banyaknya wisatawan baik asing maupun lokal yang memanfaatkan momen Nyepi untuk berlibur di Pulau Dewata. Salah satunya adalah Mercy. Dalam sebuah artikelnya di Kompasiana, Ia menceritakan bagaimana pengalamannya yang tidak terlupakan ketika ia bersama dua anaknya menikmati momen Nyepi di Bali yang tidak terlupakan. 

Artikelnya menggambarkan  saat perayaan Nyepi, denyut aktivitas Pulau Bali memang seolah berhenti berdetak. Saat itu Mercy melihat bagaimana kondisi Bali yang sepi dan hening tanpa aktivitas. Bahkan ketika ia tiba di rumah keluarganya, ia melihat seluruh lubang jendela ditutupi dengan koran bekas. Hal tersebut dilakukan tentu saja untuk menghormati warga setempat yang mayoritas merayakan Nyepi.

Selain Mercy, ada juga Kompasianer Casmudi yang menceritakan hal menarik mengenai Nyepi di Bali. Sebelum merayakan hari Nyepi, ada banyak kegiatan dan upacara yang umat Hindu lakukan, seperti Melasti, Pengerupukan hingga Ngembak Geni. Banyaknya kegiatan ini menunjukan bahwa Indonesia memang memiliki ragam budaya dan kepercayaan yang tersebar luas di berbagai daerah. Selain Bali, beberapa daerah lain di Indonesia juga memiliki penduduk beragama Hindu yang cukup besar. Salah satunya adalah Yogyakarta.

Berdasarkan data yang tercatat pada halaman resmi Kementerian Agama, Yogyakarta memiliki penduduk beragama Hindu berjumlah lebih dari lima ribu orang. Karena jumlah inilah perayaan hari Nyepi di Yogyakarta juga mendapatkan perhatian, ditambah dengan adanya Candi Prambanan yang merupakan candi Hindu terbesar.  Hendra Wardhana menuliskan bagaimana meriahnya kegiatan sebelum hari Nyepi berlangsung di Yogyakarta. Ia menceritakan pengalamannya melihat secara langsung prosesi Kirab Ogoh-ogoh. Bahkan ia menyaksikan prosesi tersebut mulai dari upacara awal hingga akhir. Prosesi Kirab Ogoh-ogoh ini dilakukan di sekitar Jalan Malioboro dan tentu saja menarik ribuan pasang mata untuk menyaksikannya. Prosesi ini tidak hanya mengarak ogoh-ogoh. Umat Hindu di sana melagukan syair dan doa dalam kekhusyukan.

Masih soal Hari Raya Nyepi. Bukan hanya Bali dan Yogyakarta saja yang merayakan hari besar ini. Umat Hindu di Kabupaten Banyuwangi juga mengawali Nyepi dengan upacara-upacara dan kegiatan. Kompasianer Eko Prastyo menuliskan bagaimana pengalamannya mengikuti serangkaian upacara keagamaan dan persiapan perayaan hari Nyepi di Banyuwangi. Di sana, umat Hindu juga menyambut hari Nyepi dengan  ritual Melasti atau Mekiyis. Ritual ini dibagi menjadi tiga tahap dan tiga tempat berbeda, yaitu di Pantai Pulau Merah Pesanggaran, kemudian di Rowo Bayu Kecamatan Songgon dan terakhir di Pantai Boom Banyuwangi. Seluruh ritual ini dilaksanakan dengan khusyuk, terlebih ketika iring-iringan umat Hindu melewati sebuah jalan setapak menuju Pantai Boom di Banyuwangi. Umat Hindu di sana melewati setiap tahap ritual dengan sepenuh hati dan keyakinan.

Nyepi dan Global Warming

Semua agama di dunia tentu mengajarkan kedamaian, juga tentang bagaimana manusia bersikap, tentang bagaimana manusia menyembah Tuhannya bahkan hingga bagaimana agar manusia saling menjaga alam dan antar makhluk-Nya. Ada sebuah artikel menarik yang menghubungkan antara hari Nyepi dengan isu global warming yang semakin santer terdengar. Tulisan karya Herry B. Sancoko ini memperlihatkan bahwa ketika umat Hindu merayakan hari Nyepi, emisi karbon yang mengotori langit berkurang dengan drastis. Pada saat dunia ramai dengan isu global warming, peristiwa Nyepi ini menemukan titik signifikannya.

Herry mencatatkan data dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) yang mengatakan bahwa pada Hari Raya Nyepi tahun 2012 sebanyak 30.000 ton emisi karbon berkurang dalam kurun waktu 24 jam karena sekitar 2,3 juta kendaraan berhenti beroperasi kala itu. Bukan hanya emisi, Herry juga menuliskan data yang berasal dari PLN Bali. Menurut pihak PLN, konsumsi energi di Pulau Dewata turun hingga 50 persen sehingga dapat menghemat biaya listrik hingga lebih dari 4 miliar rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun