Sebagai blog sosial, Kompasiana menjadi tempat berkumpul para pewarta warga dengan berbagai latar belakang, keahlian, dan peminatan. Kompasiana itu sendiri adalah komunitas penulis, pewarta warga, blogger yang kemudian dikenal sebagai Kompasianer. Apa pun penamaan yang dirasa nyaman oleh setiap pribadi di dalamnya, komunitas penulis ini terus bertumbuh. Selain dipersatukan dengan keinginan berbagi informasi dan menyebar pesan yang menambah wawasan hingga mencerahkan, komunitas penulis yang berkumpul di Kompasiana juga melebur sesuai peminatan (hobi) dan regional.
Satu per satu komunitas hobi dan regional bertumbuh di Kompasiana. Sekitar 22 komunitas terdata, berbeda namanya, karakter dan sejarah berdirinya, namun satu kesamaannya, mereka beranggotakan para pewarta warga, para penulis Kompasiana. Semangatnya pun sama, berbagi dengan pembaca lainnya. Menyiarkan apa yang dilihat, diamati, dialami, bahkan analisisnya di media online bernama Kompasiana.
Sesuai seperti identifikasi citizen journalism yang dituliskan pendiri Kompasiana, Pepih Nugraha, dalam bukunya, Citizen Journalism Pandangan, Pemahaman, Pengalaman [Seni Jurnalistik Kompas/Penerbit Buku KOMPAS, 2012], bahwa pewarta warga adalah warga biasa yang tidak terlatih sebagai wartawan profesional, namun dengan peralatan teknologi informasi yang dimilikinya bisa menjadi saksi mata atau sebuah peristiwa yang terjadi di sekitarnya, meliput, mencatat, mengumpulkan, menulis, dan menyiarkannya di media online karena memiliki semangat berbagi dengan pembaca lainnya.
Kompasiana sebagai “tempat tinggal” para penulis/pewarta warga pun tak ingin berpuas diri dengan sekadar menjadi blog sosial. Berbagai kesempatan diciptakan, untuk memberi ruang bagi penulis-penulis blog sosial Kompasiana, bukan semata demi menunjukkan eksistensi dirinya, tapi untuk membuka mata bahwa warga, bukan jurnalis, punya kemampuan menulis yang layak diapresiasi dan menjadi referensi. Dalam hal ini Kompasianer, punya kesempatan meningkatkan kualitas dirinya, lewat tulisan-tulisannya, untuk melangkah dari menyiarkan tulisannya di blog sosial ke media arus utama.
Langkah yang kemudian dikenal Hybrid Journalism. Jurnalisme hibrida, demikian Pepih Nugraha membahasakannya, bukan hal baru di Kompasiana. Namun sejak kemunculan beragam komunitas di Kompasiana yang kemudian tumbuh menjadi satu kekuatan tambahan di blog sosial ini, Hybrid Journalism hadir berbeda di era baru, era komunitas. Lewat komunitasnya, Kompasianer mendapatkan kesempatan mempraktikkan Hybrid Journalism. Tulisan-tulisan di Kompasiana, yang dinilai memenuhi kriteria layak tayang di Kompas.com, dapat direkomendasikan baik oleh penulis Kompasiana, atau oleh jurnalis/editor Kompas.com, atas kesepakatan bersama yang difasilitasi oleh komunitas terkait.
Sebelum bicara soal mekanisme praktik jurnalisme hibrida, mari kita awali dengan memahami apa itu Hybrid Journalism. Pepih Nugraha, mengutip Steve Outing, Editor Senior Poynter Institute for Media Studies, dalam artikelnya mengenai 11 Lapisan Citizen Journalism, memaparkan hybrid merupakan layer ke-sembilan dari citizen journalism. Meleburnya jurnalis profesional dan jurnalis warga, itulah hybrid. Lebih lengkapnya, hybrid merupakan suatu kerja organisasi media massa dimana jurnalis profesional dengan pewarta warga bekerja sama, menggabungkan jurnalis profesional dengan jurnalis warga.
Melalui program Hybrid Journalism era komunitas, Kompasianer, sebagai penulis maupun sebagai anggota komunitas Kompasiana yang terkait, memiliki kesempatan “tampil” di Kompas.com. Saat ini Hybrid Journalism era komunitas melibatkan komunitas Koteka, KPK, K-Tiga, Komposer, Ladiesiana, Komik. Sebagai bagian dari Group of Digital Kompas Gramedia, Kompasiana, Kompas.com, dan Juara.net berkolaborasi menjalankan hybrid journalism ini.
Kompasianer akan mendapatkan sejumlah manfaat berikut ini jika tulisannya dihibrida:
1. Memperbesar keterbacaan (readership)
2. Memperluas personal branding yang tidak hanya di Kompasiana sebagai media warga, melainkan juga di Kompas.com sebagai mainstream media
3. Memperluas audience pembaca yang tidak hanya berinteraksi dengan blogger di Kompasiana, tetapi pembaca mainstream pada umumnya.
Berikut mekanismenya:
- Kompasianer dengan verifikasi hijau dan biru, dapat merekomendasikan tulisannya untuk hybrid journalism melalui komunitas kompasiana terkait (melalui komunitas yang disebutkan di atas dengan mengisi Google Form atau melalui FB Page Hybrid Journalism).
- Kompasianer dengan verifikasi hijau dan biru bersedia tulisannya ditayangkan di Kompas.com/Juara.net (redaksi yang terkait dengan komunitasnya) tanpa menerima imbalan uang.
- Kompasianer dengan verifikasi hijau dan biru yang terpilih dalam hybrid journalism, dan tulisannya ditayangkan Kompas.com/Juara.net berkesempatan mendapatkan apresiasi berupa pemilihan Best Article of The Month.
- Best Article of The Month mendapatkan hadiah berupa voucher hotel/voucher restoran/merchandise/KCC. Pengumuman melalui komunitas terkait dan FB Page Hybrid Journalism.
- Seluruh komponen hybrid journalism, baik Kompasianer yang juga anggota komunitas, jurnalis Kompas.com/Juara.net dapat merekomendasikan artikel/penulis melalui FB Page Hybrid Journalism.
- Tulisan Kompasianer akan ditulis ulang/sebagian oleh jurnalis Kompas.com/Juara.net untuk ditayangkan di media arus utama, dengan mencantumkan link judul tulisan di Kompasiana.
- Editor Kompas.com/Juara.net berhak menghubungi Kompasianer jika memerlukan keterangan lebih lanjut mengenai konten pada artikel yang dipilih. Dalam hal ini Kompasianer juga bertindak sebagai narasumber berita.
- Kriteria artikel Hybrid Journalism akan dijelaskan lebih lanjut di komunitas terkait atau di FB Page Hybrid Journalism. (WAF)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H