Kompasianer masih ingat buku pertama dari Pramoedya Ananta Toer yang dibaca? Pada usia berapa tuh? Lantas, bagaimana kesannya setelah membaca bukunya Pram?
Pramoedya Ananta Toer adalah salah satu sastrawan besar yang dimiliki Indonesia.
Pada tahun 2025 ini menjadi momen bersejarah karena banyak sekali cara dan upaya untuk mengenang 100 tahun Pramoedya Ananta Toer yang lahir pada 6 Febuari 1925.
Sosok Pramoedya Ananta Toer tidak lepas dari karya-karyanya yang luar biasa karena selama 13 tahun dalam masa tahanannya melahirkan Tetralogi Pulau Buru.
Sederet penghargaan kesusastraan dari dalam dan luar negeri didapatnya karena buku-bukunya yang bisa relate ke semua zaman dan pembaca.
Tanpa kita bisa pungkiri sosok Pram ini jadi inspirasi banyak penulis di Indonesia.
Semasa hidupnya, Pramoedya Ananta Toer menulis lebih dari 50 buku, termasuk novel, kumpulan cerpen, esai, dan memoar. Bukan hanya itu, karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa.
Nah, mumpung momennya pas, mari kita sama-sama merayakan Pram dengan mengingat dan membuat resensi buku-bukunya. Selain itu dampak apa yang dirasakan setelah membaca karya Pram?
Silakan buat ulasan seperti topik berikut dengan menambahkan label Seabad Pram (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI