Kompasianer, apakah saat ini kamu tengah menjalani slow living? Apakah daerahmu saat ini mendukung untuk hidup slow living? Apa alasannya? Bagaimana ceritanya slow living di sana?
Kompasianer, akhir-akhir ini hidup terasa bergerak cepat. Bunyi klakson kendaraan memekikan telinga, orang-orang tidak bersabar, semua saling ingin mendahului. Rasanya begitu lelah.
Ide slow living pun menarik untuk dipertimbangkan. Sejumlah kota yang ada di Indonesia pun rupanya cocok untuk ditinggali bagi warga yang ingin menerapkan slow living.
Hasil analisis Kompas menempatkan kawasan Kedu Raya, Tasikmalaya Raya, dan Banyumas Raya sebagai kawasan terbaik untuk slow living, dinilai dari biaya hidup, keamanan, dan infrastruktur.
Selanjutnya ada juga Malang Raya dan Kedungsepur. Kota-kota ini menawarkan keseimbangan antara aksesibilitas dan ketenangan, cocok untuk gaya hidup santai atau masa pensiun.
Jika Kompasianer termasuk orang yang selalu merasa tertekan dengan rutinitas harian dan kebisingan yang tak ada habisnya, mungkin sudah waktunya untuk mencoba konsep slow living ini.
Nah, bagaimana dengan kamu, Kompasianer? Apakah pernah berpikir untuk mencoba menjalani konsep hidup ini? Atau, adakah Kompasianer yang sudah menjalaninya? Bagaimana memulainya?
Selain itu, menurut Kompasianer, kota seperti apa yang ideal untuk menjalani hidup slow living? Kamu punya rekomendasinya?
Bagaimana dengan kota kamu sendiri, apakah cukup menarik untuk dijadikan kota slow living? Apa alasannya?
Yuk, opini, pengalaman, cerita, dan pengalaman kamu terkait slow living dan rekomendasi kota untuk slow living di Kompasiana. Silakan tambahkan label Slow Living (menggunakan spasi) pada setiap konten yang kamu buat ya!