Kompasianer termasuk menikmati dan suka melihat konten-konten anabul alias hewan peliharaan yang berbulu? Bagaimana rasanya ketika nonton konten seperti itu?
Atau, justru Kompasianer sendiri suka ngontenin anabul? Kira-kira kenapa ingin sekali membuat dan/atau menceritakan anabul tersebut jadi konten?
Akan tetapi tahukah Kompasianer jika setiap tahun itu dunia memperingati Hari Hak Asasi Hewan Sedunia setiap bulan Oktober.
Menariknya lagi, pada momen perayaan ini guna meningkatkan kesadaran kita tentang pentingnya kesejahteraan hewan dan hak-hak mereka: untuk hidup bebas dari kekerasan, eksploitasi, dan penderitaan.
Nah, apalagi kini banyak sekali konten-konten anabul ini, seperti bintik di media sosial X misalnya.
Kita senang sekali melihat bagaimana perilaku lucu hewan peliharaan kucing ini. Terlebih tidak sedikit dari konten-konten juga selain menghibur, tetapi turut mengedukasi.
Ada beragam akun-akun khusus anabul, bintik di media sosial X, misalnya. Kita lihat selain suka karena perilaku kucing putih ini, ternyata membuka bisnis aneka kebutuhan kucing yang mendatangkan rezeki baru.
Kalau Kompasianer sendiri bagaimana? Apakah punya akun anabul di media sosial yang diikuti? Apa yang menarik dari konten tersebut?
Apakah karena konten yang sering ditonton tadi jadi tergerak untuk memelihara anabul sendiri? Apakah merasakan hal yang sesuai espektasi antara menonton dan setelah memelihara anabul?
Silakan tambah label Konten Anabul (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.