Kepada para menantu dan para mertua yang budiman, pernah merasa canggung ketika memulai komunikasi masing-masing? Kapan dan momen seperti apa akhirnya komunikasi bisa cair?
Karena biar bagaimanapun, jika ingin menyebutnya sebagai tantangan, maka tantangan terbesar dalam pernikahan yakni bagaimana menjalin hubungan harmonis antara mertua-menantu.
Agak sulit memungkiri jika permasalahan seperti ini tidak ada dalam kehidupan berumah tangga, bahwa menantu perempuan kerap sulit menjalin chemistry baik dengan ibu mertua.
Maka, tidak sedikit kasus dalam pernikahan hadir ketika mertua mulai mencampuri urusan rumah tangga anaknya. Ketika masalah muncul, mendiamkannya sambil berharap selesai dengan sendirinya juga tidak baik.
Di sisi lain, mungkin sudah banyak yang tahu, tetapi tidak banyak yang menyadari kalau pernikahan itu bukan soal menyatukan dua orang saja, melainkan dua keluarga.
Kompasianer punya pengalaman bagaimana ketika dulu memulai hubungan dengan mertua? Apakah justru sudah dimulai sejak masih menjadi "calon"?
Misal, ketika hubungan memang sedang memanas, biasanya apa yang dilakukan?
Dan sebagai mertua, adakah siasat membangun chemistry dengan menantu tanpa harus dianggap mencampuri urusan rumah tangganya?
Sharing, dong, pengalaman maupun cerita Kompasianer terkait ini di Kompasiana dengan menyematkan label Relasi Mertua Menantu (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H