Kompasianer, kamu yakin sudah merasa sudah produktif banget setiap hari di kantor atau di kampus? Mengerjakan segudang tugas ini-itu, bahkan sampai lupa waktu? Lalu, bagaimana dengan hasilnya?
Meski terdengar produktif, tak jarang kita sebenarnya terjebak dalam fake productivity alias produktivitas palsu. Sibuk doang, hasilnya enggak ada!
Produktif dan kesibukan sendiri punya perbedaan. Kalau produktif itu, apa pun yang kamu kerjakan, terasa perkembangannya, terlihat hasilnya, dan sedikit banyak juga berdampak.
Sementara kalau sibuk, kamu mengerjakan banyak hal, waktu tersita banyak, tapi enggak ada tujuan yang jelas. Misalnya, kamu ikut rapat demi rapat tanpa agenda, keputusan, atau tindak lanjut yang jelas.
Kesibukan semacam ini enggak jarang juga bikin kamu cepat bosan, lelah, bahkan stres, lho.
Nah, Kompasianer, apakah kamu pernah terjebak dalam kondisi seperti ini? Bagaimana kamu mengatasinya, apakah kamu menata ulang prioritas pekerjaan atau tugas kamu, misalnya? Atau seperti apa?
Di sisi lain, bagaimana cara kamu meningkatkan produktivitas kamu? Bagaimana mengukur hasil kerjamu, entah itu terlihat hasilnya atau terasa dampaknya?
Mana yang jadi prioritasmu saat ini, kerja yang menghasilkan atau kerja yang berdampak?
Yuk, berbagi pengalaman dan tips terkait hal ini di Kompasiana. Jangan lupa untuk tambahkan label Sibuk atau Produktif pada tiap konten yang kamu buat.