Kompasianer, bagaimana wujud seragammu dulu? Untuk perempuan, apakah bentuknya terusan atau atasan-bawahan? Untuk laki-laki, sejak kelas berapa berganti dari celana pendek ke celana panjang? Pernahkah berangan-angan mengenakan seragam luar negeri yang keren-keren?
Apakah Kompasianer pernah punya pengalaman memakai seragam sekolah "lungsuran" dari Kakak? Apakah Kompasianer tahu alasannya mesti pakai seragam "lungsuran"?
Terkait seragam sekolah ini, Kompasianer, sempat mengikuti isu yang sempat ramai beberapa terakhir ini terkait perubahan seragam sekolah? Sampai sejauh mana Kompasianer mengikuti isu tersebut?
Meski akhirnya sudah diklarifikasi oleh Plh Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbud Ristek, Anang Ristanto bahwa pergantian seragam setelah lebaran itu tidak benar.
Aturan soal kebijakan sekolah, lanjut Anang seperti dikutip dari KOMPASCOM, masih sesuai dengan Peraturan Mendikbud Ristek Nomor 50 Tahun 2022 tentang Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Jadi, tidak ada yang berubah. Seragam sekolah yang digunakan saat ini, ya, yang begitu itu.
Namun, karena liarnya narasi pergantian seragam ini ternyata menyadarkan kita pada satu hal: seragam sekoalah itu mahal. Banyak sekali cerita dari para orangtua yang merasa terbebani karena adanya biaya yang dikeluarkan untuk seragam sekolah.
Kalau boleh jujur, apakah Kompasianer setuju kalau sekolah masih menerapkan penggunaan seragam sekolah? Adakah ide maupun gagasan yang ingin Kompasianer tawarkan terkait seragam sekolah ini? Karena ada juga sekolah yang siswa tidak berseragam toh? Dan, semua bisa berjalan baik-baik saja.
Silakan tambah label Seragam Sekolah (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H