Kompasianer, iri gak sih sama Singapura yang bisa mendatangkan band dan penyanyi top dunia untuk konser di sana, bahkan berhari-hari? Kenapa ya Indonesia belum bisa? Kita perlu belajar apa nih dari Singapura?
Setelah Coldplay, terbitlah Mba Taylor. Begitulah kira-kira menggambarkan keseriusan Singapura dalam mendatangkan artis-artis kelas wahid.
Kita tahu Coldplay dan Taylor Swift masing-masing menggelar mega konser di Singapura. Malah enggak main-main, konser digelar enam hari lamanya.
Hmm.. ngeliat konser yang megah dan berhari-hari gitu, jadi bertanya-tanya: Kapan ya ada konser kayak gitu di Indonesia dan berlangsung berhari-hari?
Memang, Coldplay sudah hadir di Indonesia. Mba Taylor juga sudah pernah datang ke Jakarta, dulu. Cuma, konser musik kan enggak sebatas la-la-la li-li-li 2-3 jam, lalu joget-joget bareng idola. Ada hal dan potensi lain yang bisa didapat dari sebuah konser besar.
Misal, kita coba tengok dari konser Mba Taylor di Singapura itu. Dilansir The Straits Times, Singapura diprediksi meraup pendapatan hingga 500 juta dollar AS. Bukan main!
Rasanya sekarang enggak berlebihan deh kalau Singapura didapuk sebagai salah satu pusat hiburan internasional di Asia. Dan, Indonesia perlu belajar soal ini dari Singapura.
Nah Kompasianer, bagaimana menurutmu terkait kesuksesan Singapura ini? Iri enggak sih sama Singapura yang bisa mendatangkan band dan penyanyi top dunia untuk konser di sana?
Menurutmu, apakah Indonesia juga bisa melakukan hal serupa? Apa yang perlu diperbaiki untuk bisa melakukan hal ini seperti Singapura?Adakah yang bisa kita pelajari dari Singapura untuk bisa mendatangkan artis-artis top dunia? Keuntungan apa saja sih yang didapat?
Bagikan opini dan pendapat kamu terkait hal ini di Kompasiana dengan menyematkan label Singapura Negara Konser pada tiap konten yang kamu buat.