Melihat perhitungan yang hampir selesai dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), sudahkah Kompasianer melihat bentuk koalisi partai politik untuk 5 tahun ke depan?
Selain itu, pertanyaan yang banyak diajukan oleh masyarakat adalah parpol mana yang akan siap jadi oposisi?
Pertanyaan ini makin menguat pasca pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di Istana Kepresidenan.
Tidak hanya sampai di situ, tak lama berselang Agus Harimurti Yudhoyono dilantik sebagai Menteri ATR/BPN, karena secara perhitungan di Parlemen, artinya hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tidak tergabung dengan koalisi pemerintah.
Meski berjalannya waktu muncul inisiasi untuk melakukan Hak Angket untuk Pemilu 2024, ya, tetapi itu lain hal lagi.
Jika hal serupa terjadi lagi pada periode 2024-2029, yang mana hanya PKS menjadi oposisi, tentu bukanlah bentuk yang ideal dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Pasalnya, biar bagaimanapun, keberadaan oposisi diperlukan sebagai kekuatan penyeimbang sekaligus kontrol.
Kawan dan lawan dalam politik mungkin sudah biasa kita dengar, malah lawan dalam kontestasi pemilu pada akhirnya juga bisa menjadi kawan dalam pemerintahan.
Namun, apa akan selalu seperti itu? Karena kontestasi pemilu tidak berakhir di tempat pencoblosan dan pengumuman pemenang. Lebih dari itu, pihak yang kalah bisa memosisikan diri sebagai oposisi.
Bagaimana tanggapan Kompasianer terkait partai oposisi di Indonesia? Partai mana yang sudah terlihat akan menjadi oposisi?