Kompasianer, apa kamu pernah punya pengalaman ikutan bootcamp? Jika pernah, program bootcamp apa yang kamu ikuti? Apakah Data analyst? Digital marketing? Atau UI/UX designer?
Dulu namanya kursus, kelas intensif, atau workshop. Sekarang kita mengenalnya dengan istilah bootcamp. Apa sih bedanya?
Saat ini, bootcamp memang sedang digandrungi oleh semua kalangan. Tidak hanya freshgraduate, bootcamp juga menarik minat para pekerja berpengalaman yang berencana ganti bidang pekerjaan (career switching).
Materi yang diajarkan dalam program bootcamp biasanya berkisar antara keterampilan di bidang digital. Materinya bersifat praktikal supaya peserta siap kerja. Mulai dari marketing, analisis data, sampai jago bikin pemrograman.
Tak hanya itu. Ikut bootcamp juga bisa membantu kita menambah networking dan peluang. Maklum, mentornya pun biasanya pada profesional di bidangnya yang memiliki akses ke banyak perusahaan. Bahkan tak sedikit yang menjanjikan pasti dapat kerja.
Sayangnya, perlu kocek yang tak sedikit untuk ikutan bootcamp. Memang ada yang gratis, tapi biasanya trial saja. Tapi bukannya sudah banyak kursus gratis di YouTube? Apa pertimbangannya ya, kok tetap pilih bootcamp?
Nah Kompasianer, menurutmu apakah boothcamp "se-worth it" untuk diikuti? Memangnya apa saja keuntungannya? Apakah habis mengikuti bootcamp, beneran bisa langsung dapat kerja?
Yuk bagikan kisah pengalaman kamu mengikuti bootcamp. Bagaimana kamu menyiasati waktu belajar dengan pekerjaan? Seberapa besar peluang kerjamu setelah ikut bootcamp? Yuk diceritain, siapa tahu kaum mendang mending jadi pengen ikutan belajar.
Bagikan ceritamu di Kompasiana dengan sematkan label Ikut Bootcamp pada tiap konten yang kamu buat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
